Bangkai kapal?
“Bunyi apa itu? bisik Yasmin
ketakutan mukanya pucat pasi Dia merapatkan diri pada Saleem, seakan mencari
perlindungan.
“Bunyinya seolah olah vila
ini akan runtuh,” ucap Hasna, menajamkan pendengarannya.
“Ah, mana mungkin,” kata
Saleem menenangkan. “Hasna, Kita aman di sini kok, lihat saja tembok di sekitar
kita kan masih utuh ya kan?.”
“Bunyi itu datang dari luar
vila,” kata Husna. Dia pergi ke ke gerbang yang berbatasan dengan bagian atas
tepi tebing disusul oleh Saleem.
Husna dan Saleem melangkah ke
luar tanpa mempedulikan hujan lebat, mereka memicingkan mata berusaha
menajamkan penglihatan, tidak lama kemudian mereka melihat bahwa sebagian dari
tebing di bawah mereka pecah kena hantaman ombak dan berjatuhan ke laut. Itulah
bunyi-bunyi ribut yang mereka dengar tadi, angin bertiup, di bawah kaki terasa
bergetar.
“Gempa bumi, Kak” teriak
Husna pada Saleem.
“Wah ini benar-benar
dahsyat,” bisik Saleem mengkhawatirkan Yasmin. Getaran yang terasa itu bukanlah
disebabkan oleh gempa bumi. tetapi rasanya memang demikian adanya, amukan air
laut yang terus-menerus menyebabkan dinding tebing berguguran dihantam ombak.
Pemandangan yang tampak
memang luar biasa dan mengecutkan hati. Ombak menggulung bergulung-gulung,
menghempas susul-menyusul, menghantam tebing. Tiba-tiba datang ombak yang
sangat besar memercik menjulang tinggi sekali. Beberapa jam kemudian, keadaan
mulai reda ombak mulai berkurang tingginya. Angin mulai meneduh. Badai sudah
berlalu, mereka kembali tidur. Semua berbaring sambil mendengarkan bunyi badai
yang kian menjauh ketika mereka akhirnya terlelap hari sudah menjelang pagi.
Badai tinggal kenangan ketika
mereka bangun pagi. Yasmin yang paling dulu keluar, menyusul yang lain, ketika
terdengar Yasmin berseru dengan suara gembira.
“Langit sudah biru cerah
kembali seperti habis dicuci! Dan matahari pun sudah bersinar terang!”
“Dinda, Hasna dan Husna yuk
kita pulang ke vila sebentar, Paman Geo,” ucap Saleem,
“Sekaligus kita sarapan dan
ambil bebarapa snack untuk tambahan camilan lalu kembali berkemah di sana.”
“Baiklah! tetapi sebelumnya
kita berkeliling pulau sebentar, untuk melihat kerusakan yang diakibatkan badai
tadi malam,” kata Husna mengingatkan.
Pemeriksaan itu tidak
berlangsung lama, mereka melihat dua batang pohon roboh. Pohon tercabut sampai
ke akar-akarnya. serta sejumlah dahan dan ranting yag berserakan. tetapi dilihat secara keseluruhan, kerusakan yang
terjadi tak separah yang diperkirakan, hanya tebing curam saja yang paling
banyak mengalami kerusakan.
Sambil berdiri di bibir
tebing, Saleem menjulurkan kepala untuk dapat melihat dengan jelas ke arah
batu-batu di bawah.
“Hati-hati,” teriak husna.
“Jangan terlalu dekat ke tepi, itu berbahaya Kak Saleem! apalagi setelah
kejadian batu-batu berguguran tadi malam, hati-hatilah.”
“Hei Husna, aku masih
ragu-ragu sih, namun rasanya seperti melihat sesuatu besar, panjang dan aneh di
bawah sana! Lihatlah itu di sana, ada sesuatu yang panjang dan hitam."
“Dimana?”
Husna ingin tahu, dia ikut
maju sampai ke tubir tebing. Dia menjulurkan kepala ke bawah, kerikil
berjatuhan dari bawah. Saleem menarik mundur dari tepi
“Sudah! Kembalilah, aku tidak
ingin melihat kamu remuk terbanting ke batu di bawah sana!” teriak Hasna dengan
kencang, dari tempat yang agak berjauhan dengan mereka.
“Aduh, Husna!” kata Saleem
“Aku tadi benar-benar melihat sesuatu di bawah, sesuatu yang luar biasa! bentuknya yang panjang dan di dasar itu tidak
bergerak dan letaknya di dekat batu besar, di sana airnya dalam dan tenang! kau
tahu kan?”
“Apa maksudmu?” sela Yasmin
dengan nada tidak percaya. “Air disitu kan sangat dalam, mana mungkin kau bisa
melihat sampai ke dasarnya?”
“Itulah sebabnya aku tadi
mengatakan luar biasa Dinda, Kanda juga melihat” kata Saleem melirik Yasmin.
“Aku sendiri juga melihat dan
heran, sama seperti kak saleem Kak Yasmin, benda gelap dan panjang itu
kelihatannya seperti badan kapal, kapal tersesatkah?.”
“Kau ini Husna, jelas itu kan
hanya ada dalam khayalan saja,” kata Yasmin sambil tersenyum.
“Tidak Kak, Aku yakin sekali,
melihat seperti kapal selam atau mungkin juga bangkai ikan hiu.”
“Kalau ikan hiu mati kan
mengambang kan ya?”
“Kalau begitu mungkin kapal”
“Bagaimana kau bisa
melihatnya?” desak Yasmin. “Air disitu kan sangat dalam”, Husna!”
“Tapi itu kan sebelum badai
tadi malam, Kak Yasmin” ucap Husna, mencari pembenar dari argumentasinya.
“Dinda, Aku lihat keadaan
laut di sekeliling sini kemarin, tetapi setelah batu-batu berjatuhan dari
dinding tebing, bisa saja wujud dasar laut kini berubah. kan bisa saja endapan
batu-batu banyak yang yang terseret dan bertumpuk-tumpuk di sela-sela batu di
situ, Aku juga melihat seperti ada sesuatu yang Panjang dan besar di dasar”
kata Saleem, sambi memandang Yasmin
Keempat orang itu saling
berpandangan dengan mata berkilat-kilat, sejenak setelah salat subuh, mereka
lanjutkan diskusi yang tertunda.
“Mungkin saja kalian memang tidak
salah lihat!” kata Yasmin. “Bisa saja laut yang bergejolak menyebabkan kapal
itu lepas dari dasar tempatnya terbenam.”
“Kita cek ricek sekali lagi
yuk, Apakah kau benar-benar tidak salah lihat,” kata Yasmin.
“Jika tidak mau percaya periksalah,”
sungut Husna, merengut.
“Memeriksa lagi itu ide yang
baik, yuk kita cek ricek dulu ya, naik perahu saja ke batu besar itu, nah nanti
dari tempat itu kita akan bisa melihat dengan jelas, sebenarnya apa yang
terjadi semalam, dan ada apa didalam sana?.”
Sementara itu Husna dan
Saleem sudah berjalan ke jalan setapak yang menurun dengan terjal ke arah teluk
kecil. Dengan cepat menyusul Yasmin dan Hasna, bergegas-gegas mengejar,
hijabnya melambai-lambai, lain halnya dengan Sansan, Dia meloncat-loncat
mengelilingi tuannya sambil mengendus. Dia selalu senang jika mendapat
kesempatan untuk berlari, sikapnya seakan-akan tahu bahwa ada petualangan.
Harapan Husna dan Saleem
tidak meleset perahu mereka yang ditarik jauh ke atas pantai dan ditutupi dengan
kain terpal sedikitpun tidak mengalami kerusakan karena angin dan ombak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar