Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 24

"San, cium ini, tapi jangan sampai pingsan, ya."

Sansan mengendus bau sapu tangan dekil yang disodorkan ke depan hidungnya, lalu menuju ke pintu sambil mengibas-ngibaskan ekor. Empat sekawan tinggal mengikutinya saja dari belakang! Mereka berpamitan pada Alois dan bergegas-gegas, meninggalkan Alois yang masih asyik mengagumi kumpulan 'harta'-nya yang baru diperoleh. Empat sekawan sudah bersemangat lagi. Sansan berjalan tanpa bergegas-gegas, dengan hidung didekatkan ke tanah.

Kucing itu menyusuri jalan setapak dalam hutan, yang menuju ke jalan besar.

Saleem masih saja agak sangsi. Hal itu dikatakannya pada empat sekawan.

"Di jalan hutan ini kita memang bisa melihat bekas roda gerobak sorong itu tapi di jalan besar nanti, takkan kelihatan jejak ban mobil!"

"Sudahlah - kita lihat saja apa yang terjadi nanti!" kata Yasmin.

Menyusuri hutan geometric, kurang lebih ada setengah jam. Akhirnya Sansan sampai ke jalan besar. Ia mengangkat hidungnya, mengendus-endus, lalu mendengus. Bunyinya seakan-akan yakin. Setelah itu ia menyeberang, lalu menyusup masuk ke dalam semak belukar yang ada di seberang. Empat sekawan berpandang-pandangan.

"Nah, siapa mengira akan begini jadinya." kata Husna. "Kemungkinannya ada dua. Sansan salah cium, atau Trio penjahat ternyata tidak pergi dengan mobil waktu itu!" "Sansan tidak pernah keliru!" kata Yasmin mantap.

"Cepat!" seru Hasna. "Kita ikuti dia!"

Agak lama juga empat sekawan berjalan, mengikuti Sansan. Akhirnya kucing itu sampai di suatu tempat terbuka. Sebuah peradaban kuno Maccu Pichu kuno yang dibangun semasa abad pertengahan. Maccu Pichu itu dulu dibangun di bekas-bekas suatu desa yang sudah lebih tua lagi umurnya. Serombongan ahli arkeologi melakukan penggalian ilmiah di situ. Tapi pekerjaan itu kemudian terhenti, karena kehabisan dana. Dan kini tidak ada orang lagi di bekas Maccu Pichu itu.

Tanpa ragu sedikit pun, Sansan langsung menuju ke tempat yang dulu merupakan kebun Maccu Pichu. Empat sekawan bergegas mengikutinya ke sana.

Kebun yang terletak di tengah kompleks Maccu Pichu itu tampak acak-acakan! Para pekerja yang melakukan penggalian untuk para ahli arkeologi membongkar tanah di situ, dan menggali parit-parit dalam. Mereka menemukan sejumlah makam kuno dalam lubang-lubang galian mereka. Dan kini peti-peti batu yang merupakan makam kuno itu terletak berkelompok di suatu sudut, lengkap dengan tutup yang juga terbuat dari batu. Sansan mendatangi salah satu peti makam batu dengan hidung masih selalu didekatkan ke tanah. Kemudian Ia menoleh ke arah Yasmin. lalu mengeong satu kali.

"Kau yakin, San?" tanya tuannya. Yasmin tampak tegang.

"Meong." suara Sansan sekali lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar