"San, cium ini, tapi jangan sampai pingsan, ya."
Sansan mengendus bau sapu tangan dekil yang disodorkan ke
depan hidungnya, lalu menuju ke pintu sambil mengibas-ngibaskan ekor. Empat
sekawan tinggal mengikutinya saja dari belakang! Mereka berpamitan pada Alois
dan bergegas-gegas, meninggalkan Alois yang masih asyik mengagumi kumpulan
'harta'-nya yang baru diperoleh. Empat sekawan sudah bersemangat lagi. Sansan
berjalan tanpa bergegas-gegas, dengan hidung didekatkan ke tanah.
Kucing itu menyusuri jalan setapak dalam hutan, yang menuju
ke jalan besar.
Saleem masih saja agak sangsi. Hal itu dikatakannya pada
empat sekawan.
"Di jalan hutan ini kita memang bisa melihat bekas roda
gerobak sorong itu tapi di jalan besar nanti, takkan kelihatan jejak ban
mobil!"
"Sudahlah - kita lihat saja apa yang terjadi
nanti!" kata Yasmin.
Menyusuri hutan geometric, kurang lebih ada setengah jam. Akhirnya
Sansan sampai ke jalan besar. Ia mengangkat hidungnya, mengendus-endus, lalu
mendengus. Bunyinya seakan-akan yakin. Setelah itu ia menyeberang, lalu
menyusup masuk ke dalam semak belukar yang ada di seberang. Empat sekawan
berpandang-pandangan.
"Nah, siapa mengira akan begini jadinya." kata
Husna. "Kemungkinannya ada dua. Sansan salah cium, atau Trio penjahat
ternyata tidak pergi dengan mobil waktu itu!" "Sansan tidak pernah
keliru!" kata Yasmin mantap.
"Cepat!" seru Hasna. "Kita ikuti dia!"
Agak lama juga empat sekawan berjalan, mengikuti Sansan.
Akhirnya kucing itu sampai di suatu tempat terbuka. Sebuah peradaban kuno Maccu
Pichu kuno yang dibangun semasa abad pertengahan. Maccu Pichu itu dulu dibangun
di bekas-bekas suatu desa yang sudah lebih tua lagi umurnya. Serombongan ahli
arkeologi melakukan penggalian ilmiah di situ. Tapi pekerjaan itu kemudian
terhenti, karena kehabisan dana. Dan kini tidak ada orang lagi di bekas Maccu
Pichu itu.
Tanpa ragu sedikit pun, Sansan langsung menuju ke tempat
yang dulu merupakan kebun Maccu Pichu. Empat sekawan bergegas mengikutinya ke
sana.
Kebun yang terletak di tengah kompleks Maccu Pichu itu
tampak acak-acakan! Para pekerja yang melakukan penggalian untuk para ahli
arkeologi membongkar tanah di situ, dan menggali parit-parit dalam. Mereka menemukan
sejumlah makam kuno dalam lubang-lubang galian mereka. Dan kini peti-peti batu
yang merupakan makam kuno itu terletak berkelompok di suatu sudut, lengkap
dengan tutup yang juga terbuat dari batu. Sansan mendatangi salah satu peti
makam batu dengan hidung masih selalu didekatkan ke tanah. Kemudian Ia menoleh
ke arah Yasmin. lalu mengeong satu kali.
"Kau yakin, San?" tanya tuannya. Yasmin tampak
tegang.
"Meong." suara Sansan sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar