Prolog Part 2
“Apa? Bisa seperti itu dampaknya?” kata Husna kaget.
“Coba kamu sentuh badannya, apakah demam? berdebar-debar? lemas seperti
yang kulihat dan dialami oleh Hasna saat ini?” kata Al Jabbar kemudian.
“Jika diminum banyak dan sering itu akan membahayakan otak, kemampuan
kognitif otak menurun, delusi dan halusinasi berkepanjangan, perubahan suasana
hati yang cukup ekstrem, kematian karena tindakan berbahaya seperti bunuh
diri,” kata Al Jabbar.
“Wah, ngeri
sekali ya.” kata Sansan
“Jika dipikir-pikir, mengapa ini seperti Magic Mushroom ya? kalau di
tempatku ini termasuk dalam tumbuhan yang dilarang dikonsumsi, bahkan dimasukan
ke dalam spesies yang mengandung zat psilocybin, yaitu psikoaktif yang
menyebabkan halusinasi, euforia, dan gejala lainnya. Itulah mengapa di tempatku
memasukkannya ke dalam narkoba golongan satu.” Kata Husna.
“Kalau di negeri tetangga, yang namanya kerajaan Aztec, tanaman ini untuk
persembahan, mereka menyebutnya sebagai Flesh of gods” kata Sansan.
“Bagaimana ini, hari makin siang, apa kita akan menunggu sampai Hasna
bangun?” kata Husna.
“Jika betul kabar dari Pohon anggur yang menceritakan Penyihir laknati akan
atau sudah pindah, sebaiknya kita bersegera menuju kesana,” kata Al Jabbar.
“Berikan Hasna padaku, biar aku gendong dia dipundakku, jadi kita bisa
terus melanjutkan perjalanan ini,” kata Gorilla raksasa.
Akhirnya rombonganpun kembali melanjutkan perjalanan.
Husna POV end
“Aku jadi ingat Paman Al Jabbar, Putri Yasmin, Sansan dan Kak Saleem,
apakah mereka baik-baik saja?” Hasna mengatakan hal itu, sambil berkaca-kaca
matanya, menahan sesuatu yang akan menuruni matanya.
Potongan ingatan demi ingatan tentang mereka saat berpetualang ke kerajaan
Numeric, membuat Hasna tersenyum-senyum sendiri sambil termenung, sesekali terdengar helaan napas yang berat.
Husna menghampiri Hasna, tenggorokannya tiba-tiba mengering saat diingatkan
dengan kejadian saat Hasna pingsan dan bertualang ke negeri ommar Khayyam,
sesuatu yang disimpan selama ini di relung hatinya.
“Dasar kamu itu memang anak yang ceroboh,” kata Husna dengan mimik muka
yang jengkel saat diingatkan dengan kejadiaan saat Husna pingsan memakan jamur
Amanita Muscaria.
“Hei kamu lihat sendiri kan? Kalau jamur itu sangat cantik, mana ku tahu
kalau reaksi tubuhku akan seextreem itu? Bukankah orang lain paling hanya
berhalusinasi saja,” timpal Hasna sambal mengerucutkan bibir mungilnya yang
merah alami itu.
Husna hanya tersenyum melihat ekspresi Hasna saat menjawab itu, terlihat
lucu dan menggemaskan sekali perempuan yang sudah dianggap seperti adiknya itu,
hatinya mendadak berdesir saat ingat Khawarizmi Al Jabbar. “
“Apa kabar ya dengan Paman Al Jabbar, terakhir bertemu bahkan sebelum
pernikahan Putri Yasmin dengan Kak Saleem, Beliau terlalu berduka saat kakaknya
si Penyhir Laknati itu meninggal dunia,” ujar Husna dengan tatapan matanya
menerawang melihat hijaunya hutan di depan mata mereka kini.
“Aku merindukan Putri Yasmiin, huuuaaa …” Tangis Hasna meledak juga setelah
dari tadi mencoba untuk menahan segala rasa yang membuncah dalam hatinya.
Husna mendekati Hasna, tangannya meraih tubuh Hasna untuk masuk kedalam
dekapannya sambi berusaha untuk menenangkan Hasna, “Jangan menangis …, Insya
Alloh suatu saat nanti kita akan berjumpa lagi dengan Putri Yasmin, Kak Saleem,
Kak Habeel dan Kak Nabeel.
Hasna terisak-isak, beberapa menit berlalu dengan hening, suara jangkrik
mulai terdengar, sayup-sayup suara katak ikut mewarnai suasana sore hari.
“Ayo kita pulang, hari sudah menjelang maghrib ini,” kata Husna menarik
tangan Hasna agar berdiri menuju ke sepeda mereka yang terparkir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar