Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 11

 Kapal Tenggelam

Perahu didayung menuju lokasi yang hendak mereka tuju, di tempat kapal tenggelam yang mereka temukan. Keempat sekawan itu mulai tidak tenang, saat perahu menghampiri batu besar yang datar. Dengan segera Husna, Hasna, Saleem dan Yasmin sudah sampai di kaki tebing yang menjulang tinggi. Nampak dengan jelas bagian-bagian mana saja yang runtuh dihantam ombak malam sebelumnya, Sansan berlari kesana-kemari. Batu besar yang dituju letaknya agak ke menjorok laut, tapi dengan segera perahu sudah mencapai tempat itu.  Saleem dan Husna berhenti mendayung. Saleem menjulurkan badan, berusaha memandang ke dasar laut di bawah mereka. Tapi sayang, saat itu permukaan air sedang tidak biasa. Cuaca dan gelombang kecil tampak tidak bersahabat, menyebabkan aksi Empat sekawan tidak bisa melihat dengan jelas.

 

" Astaghfirulloh!" umpat Yasmin dengan kesal. "Dari atas malah lebih jelas nampak!"

 

"Aku sudah menduga kemungkinan itu, Dinda Yasmin" kata Saleem. "Karenanya aku berbekal kasur

angin kita - yang berjendela plastik."

 

"Hebat, Kanda saleem!" seru Yasmin. "Cepat Husna, bantu kita meniup!" Beberapa saat berlalu kasur angin itu sudah selesai ditiup Husna dan Saleem secara bergantian, lalu diapungkan ke air, tidak jauh dari batu besar. Kasur itu ditambatkan dengan tali ke perahu, sebagai tindakan pengamanan. Yasmin berbaring menelungkup di atasnya, sambil mengintip ke bawah lewat jendela plastik.

 

"Masya Alloh, Kanda Saleem, kamu benar ini kapal tenggelam!" serunya dengan gembira. Kegembiraannya memang beralasan. Di bawah nampak tubuh sebuah kapal. Dengan begitu terbukti bahwa mereka tidak mengkhayal saja. Ketiganya melihat ke bawah lewat jendela plastik secara bergantian. Penglihatan Husna dan Saleem ternyata memang tidak keliru. Semua bisa melihat bentuk sebuah kapal yang terbaring miring di bawah air.

 

"Aneh Dinda Yasmin!" kata Saleem. "Husna lihat tidak bentuk kapal itu?"

 

"Aku belum pernah melihat kapal seperti itu, Kanda Saleem" kata Yasmin.

 

"Aku tahu, Kak Saleem" kata Husna. "Kelihatannya seperti perahu layar modern”

 

"Ya, ya, aku tahu," kata Hasna menyela. Ia teringat, pernah melihat gambar kapal

jenis itu dalam ensiklopedia bergambar yang ada di rumah. "Kapal itu seperti kapal untuk mengangkut emas, yang pernah diberitakan hilang.”

 

"Bukan main, Husna" gumam Saleem. "Jika Yasmin, Hasna dan aku  tidak melihat langsung seperti sekarang, aku pasti merasa bahwa aku yang kali ini mengkhayal, dan bukan Husna!"

 

Husna menyisir rambut dengan jari-jemarinya. Matanya berkilat-kilat. Ia benar-benar bersemangat.  Empat Sekawan akan mengalami petualangan baru! Dan petualangan itu ada di sini walau letaknya agak jauh di bawah air.

 

"He!" seru Saleem. "Tahu tidak Husna, Dinda Yasmin, apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?"

 

"Tentu saja dengan segera memeriksa bangkai kapal itu!" kata Husna.

 

"Betul. Kau dan Hasna punya masker, aku dan Kanda Saleem punya peralatan selam yang lengkap, termasuk tabung oksigen untuk bisa bernapas dalam air. Ini kesempatan terbaik untuk mempraktikan. Untung peralatan itu kita tersedia dalam perahu!" Sambil berbicara, Yasmin mengeluarkan peralatan selam yang ditaruh di haluan perahunya. Dengan cepat dikenakannya sepatu renang, serta ban-ban pemanggul tabung oksigen. Hasna membantunya mengencangkan ban-ban itu, supaya tabung oksigen yang menempel di punggung tidak bisa tergeser.

 

Saleem juga menyiapkan diri, dibantu oleh Husna. Setelah itu Husna dan Hasna memasang masker mereka. 

 

"Hai Husna, Hasna, apa yag kalian lakukan?" cegah Yasmin. "Jangan! Kita tidak boleh serernpak turun semua. Dan jika dipikir-pikir, letak bangkai kapal itu terlalu dalam - takkan mungkin bisa dicapai, jika hanya mengenakan masker saja."

 

"Ya, pendapatku juga begitu, Dinda" kata Saleem. "Dan aku tidak mau Hasna ikut turun.

Husna, Kau nanti bisa turun dengan alat selamku, kalau aku sudah naik lagi."

 

Hasna tidak menampakkan kekecewaannya. Gadis cilik itu berwatak manis dan penurut. Ia hanya mendesah saja. Yasmin sudah tidak sabar lagi. Ia yang paling dulu masuk ke air, disusul oleh Saleem. Sebelumnya mereka sudah menyepakatkan bahwa mereka akan berenang mengitari bangkai kapal itu, untuk melihatnya saja dari luar.

 

Husna, Hasna, dan Sansan berusaha mengikuti gerak-gerik kedua remaja itu dari atas perahu. Yasmin dan Saleem berenang dengan gerakan tenang ke bawah, menuju bangkai kapal. Dengan segera Yasmin dan Saleem sudah tiba di tempat itu. Kapal itu ternyata tidak begitu mengagumkan, setelah didekati. Tapi walau begitu masih tetap tampak aneh. Yasmin dan Saleem memperhatikan dengan perasaan heran.

 

"Tidak ada kesangsian lagi, Kanda" kata Yasmin dalam hati, "Ini memang perahu layar bermotor yang modern"

 

Pikiran Saleem serupa dengan Yasmin.

 

"Kapal ini mestinya belum lama karam. Bagian-bagiannya yang dari logam memang tidak mengkilat lagi, sedang lambungnya ditempeli kerang dan rumput laut. Aneh!" Yang paling mengherankan Hasna dan Husna saat sedang melihat-lihat bangkai kapal itu ialah karena walau berbagai perlengkapannya serba modern, tapi ada beberapa bagiannya yang mengingatkan mereka pada Kapal yang pernah diberitakan hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar