Kapal Tenggelam
Perahu didayung menuju lokasi yang
hendak mereka tuju, di tempat kapal tenggelam yang mereka temukan. Keempat
sekawan itu mulai tidak tenang, saat perahu menghampiri batu besar yang datar.
Dengan segera Husna, Hasna, Saleem dan Yasmin sudah sampai di kaki tebing yang
menjulang tinggi. Nampak dengan jelas bagian-bagian mana saja yang runtuh
dihantam ombak malam sebelumnya, Sansan berlari kesana-kemari. Batu besar yang
dituju letaknya agak ke menjorok laut, tapi dengan segera perahu sudah mencapai
tempat itu. Saleem dan Husna berhenti
mendayung. Saleem menjulurkan badan, berusaha memandang ke dasar laut di bawah
mereka. Tapi sayang, saat itu permukaan air sedang tidak biasa. Cuaca dan
gelombang kecil tampak tidak bersahabat, menyebabkan aksi Empat sekawan tidak
bisa melihat dengan jelas.
" Astaghfirulloh!" umpat
Yasmin dengan kesal. "Dari atas malah lebih jelas nampak!"
"Aku sudah menduga kemungkinan
itu, Dinda Yasmin" kata Saleem. "Karenanya aku berbekal kasur
angin kita - yang berjendela
plastik."
"Hebat, Kanda saleem!"
seru Yasmin. "Cepat Husna, bantu kita meniup!" Beberapa saat berlalu
kasur angin itu sudah selesai ditiup Husna dan Saleem secara bergantian, lalu
diapungkan ke air, tidak jauh dari batu besar. Kasur itu ditambatkan dengan
tali ke perahu, sebagai tindakan pengamanan. Yasmin berbaring menelungkup di
atasnya, sambil mengintip ke bawah lewat jendela plastik.
"Masya Alloh, Kanda Saleem,
kamu benar ini kapal tenggelam!" serunya dengan gembira. Kegembiraannya
memang beralasan. Di bawah nampak tubuh sebuah kapal. Dengan begitu terbukti
bahwa mereka tidak mengkhayal saja. Ketiganya melihat ke bawah lewat jendela
plastik secara bergantian. Penglihatan Husna dan Saleem ternyata memang tidak
keliru. Semua bisa melihat bentuk sebuah kapal yang terbaring miring di bawah
air.
"Aneh Dinda Yasmin!" kata
Saleem. "Husna lihat tidak bentuk kapal itu?"
"Aku belum pernah melihat
kapal seperti itu, Kanda Saleem" kata Yasmin.
"Aku tahu, Kak Saleem"
kata Husna. "Kelihatannya seperti perahu layar modern”
"Ya, ya, aku tahu," kata
Hasna menyela. Ia teringat, pernah melihat gambar kapal
jenis itu dalam ensiklopedia
bergambar yang ada di rumah. "Kapal itu seperti kapal untuk mengangkut
emas, yang pernah diberitakan hilang.”
"Bukan main, Husna" gumam
Saleem. "Jika Yasmin, Hasna dan aku
tidak melihat langsung seperti sekarang, aku pasti merasa bahwa aku yang
kali ini mengkhayal, dan bukan Husna!"
Husna menyisir rambut dengan
jari-jemarinya. Matanya berkilat-kilat. Ia benar-benar bersemangat. Empat Sekawan akan mengalami petualangan
baru! Dan petualangan itu ada di sini walau letaknya agak jauh di bawah air.
"He!" seru Saleem.
"Tahu tidak Husna, Dinda Yasmin, apa yang sebaiknya kita lakukan
sekarang?"
"Tentu saja dengan segera
memeriksa bangkai kapal itu!" kata Husna.
"Betul. Kau dan Hasna punya
masker, aku dan Kanda Saleem punya peralatan selam yang lengkap, termasuk
tabung oksigen untuk bisa bernapas dalam air. Ini kesempatan terbaik untuk
mempraktikan. Untung peralatan itu kita tersedia dalam perahu!" Sambil
berbicara, Yasmin mengeluarkan peralatan selam yang ditaruh di haluan
perahunya. Dengan cepat dikenakannya sepatu renang, serta ban-ban pemanggul
tabung oksigen. Hasna membantunya mengencangkan ban-ban itu, supaya tabung
oksigen yang menempel di punggung tidak bisa tergeser.
Saleem juga menyiapkan diri,
dibantu oleh Husna. Setelah itu Husna dan Hasna memasang masker mereka.
"Hai Husna, Hasna, apa yag
kalian lakukan?" cegah Yasmin. "Jangan! Kita tidak boleh serernpak
turun semua. Dan jika dipikir-pikir, letak bangkai kapal itu terlalu dalam -
takkan mungkin bisa dicapai, jika hanya mengenakan masker saja."
"Ya, pendapatku juga begitu,
Dinda" kata Saleem. "Dan aku tidak mau Hasna ikut turun.
Husna, Kau nanti bisa turun dengan
alat selamku, kalau aku sudah naik lagi."
Hasna tidak menampakkan
kekecewaannya. Gadis cilik itu berwatak manis dan penurut. Ia hanya mendesah
saja. Yasmin sudah tidak sabar lagi. Ia yang paling dulu masuk ke air, disusul
oleh Saleem. Sebelumnya mereka sudah menyepakatkan bahwa mereka akan berenang
mengitari bangkai kapal itu, untuk melihatnya saja dari luar.
Husna, Hasna, dan Sansan berusaha
mengikuti gerak-gerik kedua remaja itu dari atas perahu. Yasmin dan Saleem
berenang dengan gerakan tenang ke bawah, menuju bangkai kapal. Dengan segera
Yasmin dan Saleem sudah tiba di tempat itu. Kapal itu ternyata tidak begitu
mengagumkan, setelah didekati. Tapi walau begitu masih tetap tampak aneh.
Yasmin dan Saleem memperhatikan dengan perasaan heran.
"Tidak ada kesangsian lagi,
Kanda" kata Yasmin dalam hati, "Ini memang perahu layar bermotor yang
modern"
Pikiran Saleem serupa dengan
Yasmin.
"Kapal ini mestinya belum lama
karam. Bagian-bagiannya yang dari logam memang tidak mengkilat lagi, sedang
lambungnya ditempeli kerang dan rumput laut. Aneh!" Yang paling
mengherankan Hasna dan Husna saat sedang melihat-lihat bangkai kapal itu ialah
karena walau berbagai perlengkapannya serba modern, tapi ada beberapa bagiannya
yang mengingatkan mereka pada Kapal yang pernah diberitakan hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar