Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 27

  

Akhirnya, ketahuan juga.

 

"Ya, itu memang aneh! Dan jika mereka sudah menemukan batang-batang emas itu, mestinya polisi kan juga langsung diberi tahu, lalu memasang jebakan di sini untuk menyergap kita."

"Mungkin empat sekawan itu memang tidak memberi tahu, karena ingin memiliki sendiri harta itu," kata Ibra menduga.

Ia tidak mengenal watak Empat Sekawan!

Saat itu terdengar suara Sansan yang mengejutkan. Husna dengan tidak sengaja menginjak kaki Sansan, sehingga kucing itu mengeong kesakitan.

Empat sekawan bertatapan mata. Semuanya takut setengah mati. Sansan mengangkat kaki depannya dengan sikap menyesal.

"Kau dengar suara itu?" tanya Yakub pada Ibra.

"Ya, seperti suara kucing. Pasti itu kucing yang selalu ikut dengan empat sekawan itu!

"Kalau begitu mereka menyembunyikannya di dalam gereja! Yuk, aku yakin bahwa dugaanku benar!"

-----------------

"Astaghfirullah" keluh Husna, "habis riwayat kita sekarang!"

"Belum tentu," kata Saleem menenangkan. "Tenang, aku ada ide!"

"Dengan cara bagaimana?" tanya Husna.

"Meluncur ke bawah, lewat tali penarik lonceng!"

"Ya, itu ide yang bagus sekali!" seru Husna.  "Kak, kita pakai ini untuk turun, kita akan meluncur, lalu lari!" ucap Husna sambil menunjuk pada sesuatu yang bisa digunakan untuk turun dengan cepat.

"Ya, memang begitulah ideku, Husna,’’ kata Saleem.

"Dan memang ide yang sangat baik, Kak Saleem!" kata Yasmin. "Mudah-mudahan kau tidak ngeri nanti, Hasna!

“Nah, sekarang kita harus merobek sapu tangan kita menjadi dua, lalu membungkus tangan kita dengannya, untuk melindungi telapak sewaktu meluncur ke bawah nanti!" perintah Saleem.

Ketiga temannya menuruti petunjuk itu.  Yasmin terlihat santai dan tidak melakukannya.

Saleem hendak menanyakan sebabnya. Tapi tidak jadi, karena saat itu kedua penjahat sudah sampai di ujung atas tangga.

Sansan suara. "Ayo, buka!" sergah Ibra dan balik pintu, sambil menggedor-gedor. "Aku tahu kalian ada di dalam! Ayo, cepat - buka pintu!"

"Cepat!" bisik Yasmin pada ketiga temannya. "Ayo - kau dulu, Kanda Saleem! Setelah itu kau, Hasna - disusul oleh Husna. Lekaslah sedikit - kalian harus mencari bantuan!"

"Kau tidak ikut, Yasmin?" seru Husna dengan suara tertahan.

Yasmin menggeleng. "Tidak." katanya dengan mantap. "Kami berdua akan berusaha menyibukkan Trio penjahat itu di atas sini, sementara kalian cepat-cepat lari untuk mencari bantuan."

"Aduh, kak Yasmin!" seru Hasna ketakutan. "Ayo, ikut sajalah dengan kami!"

"Percuma saja kau membujuk-bujuk. Tekadku sudah bulat. Sekarang cepat!"

Daun pintu yang tidak begitu kokoh itu digedor-gedor. Tidak lama lagi, Ibra dan Yakub pasti sudah berhasil mendobraknya. Empat sekawan tidak bisa membuang-buang waktu lebih lama lagi! Saleem menarik lengan Yasmin.

"Mereka sangat berbahaya, Dinda Yasmin! Nyawamu bisa terancam nanti." Kata Saleem bersungguh-sungguh.

Yasmin menyentakkan lengannya dengan kasar, sehingga terlepas dari pegangan Saleem. "Aku tidak bisa meninggalkan Sansan!" katanya dengan sengit. "Kanda sangat mengenalku kan? Bismillah saja, Insya Allah aku bisa menghadapi."

Didorongnya Saleem ke arah lubang persegi empat yang ternganga di tengah lantai lonceng itu. Seutas tali yang terikat pada pemukul lonceng, terjulur ke bawah lewat lubang itu. Tali itulah yang ditarik-tarik dari lantai dasar menara, jika lonceng hendak dibunyikan.

Saleem sadar bahwa mereka tidak bisa membuang-buang waktu lagi, karena terlambat sedikit saja bisa berarti kegagalan. Karenanya Ia mengalah. Dipegangnya tali besar itu dengan kedua belah tangannya, lalu Ia pun meluncur ke bawah. Tentu saja gerakannya menyebabkan lonceng berdentang.

"Aduh - ketahuan kita sekarang" seru Husna dengan cemas.

"Tidak" kata Yasmin. Paling-paling mereka mengira bahwa kita membunyikan lonceng untuk meminta bantuan! Siapakah yang tahu apa yang sedang terjadi di sini?"

"Sekarang giliranmu, Hasna! Pegang tali erat-erat, lalu biarkan dirimu meluncur ke bawah. Pejamkan saja mata, jika kau ngeri. Saleem akan menyambutmu nanti, kalau sudah tiba di bawah."

Lonceng berdentang-dentang lagi. Baru saja bunyi-bunyian itu terhenti, ketika Husna meluncur pula ke bawah lewat lubang yang persegi empat di lantai itu. Ia sebenarnya enggan, tapi Yasmin mendorongnya. Sekali lagi pemukul bergerak liar selama beberapa saat. Setelah gema dentangan lenyap Yasmin memandang ke bawah lewat lubang jendela kecil.

Mereka sudah berhasil melarikan diri!

Kini hanya Sansan saja yang masih ada di samping Yasmin!

Dobrakan berikut menyebabkan daun pintu pecah berantakan. Kedua penjahat menyerbu masuk ke dalam ruang lonceng. Mereka tertegun, ketika melihat Yasmin dan Sansan di situ. "Cuma ada seorang anak saja yang perempuan!" kata laki-laki yang bernama Ibra.

"Mana teman temanmu?"

"Mereka malas berjumpa dengan kalian" kata Yasmin dengan sikap tenang, "dan karena tidak mau menunggu sampai kalian masuk. Boleh saja kalian mencoba mengejar mereka, kalau mau!"

"Ini benar-benar sudah keterlaluan" sergah Yakub. Ia sangat marah, karena merasa tertipu. "Ternyata ...!" Mata Ibra memancarkan sinar yang menakutkan. Ia menghampiri Yasmin. Yang memegang Sansan erat-erat. Kucing itu sudah hendak menyerang Trio penjahat, tapi Yasmin takut pada akibat yang mungkin terjadi. Kedua penjahat itu sedikit pun tidak mengenal rasa kasihan!

"Kamu pelakunya ya?" bentak Ibra.

"Ayo, mengaku sajalah! Katakan, di mana emas kami kalian sembunyikan! Cepat, kami harus sudah jauh dari sini, saat polisi nanti datang!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar