Aisyah Sang
Mujahidah Feminis
Mulia anindya memancarkan abhati
Kulit putih bersih khumairah
Dia Aisyah, sang mujahidah feminis
Istri termuda Rasul
Membaca kisahmu, terbayang kisah dama manis Nabi mencintamu
Hingga Nabi minum di bekas bibirmu
Bila kau marah, Nabi kan bermanja untuk mengiburmu
Aisyah, romantisnya nabi dalam kisah damamu
Aisyah, sang mujahidah feminis
Dengan Baginda kau menghabiskan hari
Selalu bersama hingga ujung nyawa
Mencatat semua laku dayita
Aisyah, sungguh manis
Sirah romansa kasih damamu
Ya Aisyah, Ya Humairah padmarini
Rasul sayang, Rasul damamu
(Cilacap, 15
Ramadhan 1443 H/17 April 2022)
Judul 2:
Aku kehilanganmu
Katanya
orang mukmin dengan mukmin itu bagaikan bangunan
Saling
dukung satu sama lain
Kemana
kamu saat aku ditembak gas air mata?
Kemana
kamu saat aku diintimidasi?
Saat kita
belajar hadis bersama
Kita tahu
pelaku adu domba tidak akan masuk surga
Kamu
bicara apa disini, dan bicara apa kesana
Kamu bahkan
tak segan mengedit dakwah seseorang
Bukankah
sudah jelas dikatakan, dalam firman-Nya
Sebelum
kamu berkata sesuatu
Fa
tabayyan (Selidikilah)
Fa aslihu
(lakukan dengan damai )
Laa yaskhar
(Jangan menertawakan)
Wa aqsitu
(Bertindak adil)
Wa laa tanaabaz
(Jangan merendahkan)
Wa laa
talmizu (Jangan saling menghina)
Ijtanabu
kathiiran min aldhan (Hindari buruk sangka)
Wa laa
tajassasu (jangan mencari kejelekan)
Wa laa
yaghtab (Jangan ghibah)
Sanak
saudara telah kemana
Teman-teman
pergi kemana
Indahnya kebersamaan
Bak
fatamorgana
‘Aku yang
benar dan kau salah.’
‘Bukan,
aku yang benar kau yang salah.’
Bertatap
muka menghujat
Aku
kehilanganmu, saudaraku dikala suka duka
(Cilacap, 15 Ramadhan 1443
H/17 April 2022)
Judul 3 :
Detak kehidupan
Tik tak
tik tak
Suara
jarum jam dinding berdetak
Tak
terasa waktu terus merangkak
Rasa
penyesalan mulai menghentak
Masa mudaku
beranjak
Masa
sehatku telah tercampak
Kekayaanku
terbuang sia-sia meski terus menanjak
Waktu
luangku terbuang tak bijak
Hidupku
tak bermakna bagai ombak
Saat
uban sudah merata
Kulit
keriput tak bercahaya
Dekat
dengan liang lahat
Baru
teringat mencari bekal
Untuk
itu,
Ingatlah,
hai ya ma’syara as-syabab
Jangan
sampai tertipu
Indahnya
dunia, ingatlah
Mudamu
sebelum masa tuamu
sehatmu
sebelum sakitmu
kayamu
sebelum miskinmu
waktu
luangmu sebelum sibukmu
hidupmu
sebelum matimu
(Cilacap, 15 Ramadhan 1443
H/17 April 2022)
Mulia anindya memancarkan abhati
Kulit putih bersih khumairah
Dia Aisyah, sang mujahidah feminis
Istri termuda Rasul
Membaca kisahmu, terbayang kisah dama manis Nabi mencintamu
Hingga Nabi minum di bekas bibirmu
Bila kau marah, Nabi kan bermanja untuk mengiburmu
Aisyah, romantisnya nabi dalam kisah damamu
Aisyah, sang mujahidah feminis
Dengan Baginda kau menghabiskan hari
Selalu bersama hingga ujung nyawa
Mencatat semua laku dayita
Aisyah, sungguh manis
Sirah romansa kasih damamu
Ya Aisyah, Ya Humairah padmarini
Rasul sayang, Rasul damamu
(Cilacap, 15
Ramadhan 1443 H/17 April 2022)
Judul 2:
Aku kehilanganmu
Katanya
orang mukmin dengan mukmin itu bagaikan bangunan
Saling
dukung satu sama lain
Kemana
kamu saat aku ditembak gas air mata?
Kemana
kamu saat aku diintimidasi?
Saat kita
belajar hadis bersama
Kita tahu
pelaku adu domba tidak akan masuk surga
Kamu
bicara apa disini, dan bicara apa kesana
Kamu bahkan
tak segan mengedit dakwah seseorang
Bukankah
sudah jelas dikatakan, dalam firman-Nya
Sebelum
kamu berkata sesuatu
Fa
tabayyan (Selidikilah)
Fa aslihu
(lakukan dengan damai )
Laa yaskhar
(Jangan menertawakan)
Wa aqsitu
(Bertindak adil)
Wa laa tanaabaz
(Jangan merendahkan)
Wa laa
talmizu (Jangan saling menghina)
Ijtanabu
kathiiran min aldhan (Hindari buruk sangka)
Wa laa
tajassasu (jangan mencari kejelekan)
Wa laa
yaghtab (Jangan ghibah)
Sanak
saudara telah kemana
Teman-teman
pergi kemana
Indahnya kebersamaan
Bak
fatamorgana
‘Aku yang
benar dan kau salah.’
‘Bukan,
aku yang benar kau yang salah.’
Bertatap
muka menghujat
Aku
kehilanganmu, saudaraku dikala suka duka
(Cilacap, 15 Ramadhan 1443
H/17 April 2022)
Judul 3 :
Detak kehidupan
Tik tak
tik tak
Suara
jarum jam dinding berdetak
Tak
terasa waktu terus merangkak
Rasa
penyesalan mulai menghentak
Masa mudaku
beranjak
Masa
sehatku telah tercampak
Kekayaanku
terbuang sia-sia meski terus menanjak
Waktu
luangku terbuang tak bijak
Hidupku
tak bermakna bagai ombak
Saat
uban sudah merata
Kulit
keriput tak bercahaya
Dekat
dengan liang lahat
Baru
teringat mencari bekal
Untuk
itu,
Ingatlah,
hai ya ma’syara as-syabab
Jangan
sampai tertipu
Indahnya
dunia, ingatlah
Mudamu
sebelum masa tuamu
sehatmu
sebelum sakitmu
kayamu
sebelum miskinmu
waktu
luangmu sebelum sibukmu
hidupmu
sebelum matimu
(Cilacap, 15 Ramadhan 1443
H/17 April 2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar