“Sebelum Dzikrina Pergi”
Tidak
banyak yang ingin dzikrina ceritakan, sebab dzikrina memang tipikal orang yang
kurang suka cerita detail tentang diri sendiri, meski untuk sampai pada titik
ini, dzikrina merasakan banyak pahit getirnya berkeluarga dan bermasyarakat.
“Sebelum
Dzikrina Pergi” adalah kisah perjalanan seorang anak manusia bernama dzikrina
di dunia penuh kefanaan, bukan sekadar pengalaman yang menyenangkan, namun duka
yang bertabur lara, serta canda tawa beraroma gelaknya.
Berawal
dari sebuah titik keberangkatan menuju kota Malang, perjalanan ini dzikrina
mulai dengan membawa tekad, hati dan perasaan. Sebelum dzikrina pergi, dzikrina
sudah bertekad dalam hati, akan memberi sesuatu yang membuat manusia menjadi
“iri” dan tidak memandang Dzikrina manusia setengah “nyali”. Eh … mengapa
terdengar riya ya. Impian memiliki sebuah rumah Maskanul Huffadz
sekaligus mencetak Huffadz. Mengapa harus itu impiannya, mengapa tidak
yang lain? Karena di sekitar asal kota kelahirannya belum ada, dan impian ini
harus sudah terwujud, sebagai bekal sebelum dzikrina “pergi”.
Awal
pengembaraan dikota Malang, kota apel dengan seluruh kesibukannya. dzikrina
terdampar di antara gang sempit, bersama buruh kasar hingga manusia yang tanpa
arti. Pecundang, pemulung, penggelandang dan kamu marginal yang lain.
Alhamdulillah
tahun pertama di tempat kerja tidak terlalu mengalami kendala yang berarti,
perbedaan pendapat selalu ada, hanya karena menyadari mereka adalah keluarga
kedua dzikrina setelah keluarga sesungguhnya, maka dzikrina menerima apapun
sifat dan sikap yang mereka lakukan. Untuk dzikrina sampai pada titik inipun,
tentunya dzikrina mengalami pergolakan batin yang luar biasa di tahun
sebelumnya. Hanya positive thinking dan mencari kegiatan positive
lain, sehingga kini dzikrina sudah merasa mempunyai bagian, tempat dan kegiatan
dzikrina sendiri. Pada tahun sebelumnya sempat dzikrina merasa ada sesuatu yang
hilang saat baru pindah dari tempat kerja yang lama ke tempat yang baru, karena
di tempat lama dzikrina memegang beberapa peran disekolah, namun di tempat
baru, sebagaimana layaknya orang baru yang belum begitu dikenal kepribadian
dzikrina dan di tempat yang sekarang tentu ada banyak tenaga professional yang
sudah menempati jobnya masing-masing sehingga belum memerlukan tenaga dan
kemampuan dzikrina. Hal ini membuat dzikrina merindukan pergi ke kampung
halaman, ke tempat kerja sebelumnya, sekaligus membuatnya memulai bisnis yang
dijalankan online, di sela tugas utamanya di sekolah bonafide Swasta.
Sebelum
Dzikrina pergi, dzikrina bertekad harus menjadi orang, bukan karang yang pasrah
dengan deburan ombak di ujung petang. Namun, tak ada jalan pulang. Lingkungan
tak ada dukungan, saudara jauh di lombok, kampung halaman terukir di sudut
ruang hati yang terdalam. Menjelang dzikrina merasa sedang terpuruk dalam
perjuangan, asa itu datang tanpa diundang. Dzikrina bersinar di antara gempita
Malang, menyeruak kembali membangunkan impian yang telah lama memudar. Memberi
arah kaki melangkah menunjukkan jalan ketika asa itu tinggal kenangan. Ustaz
Rayyan, sang lelaki impian datang di saat jiwa ini makin mengering di tengah
kota yang makin gersang.
Ternyata
Rayyan bukan malaikat sempurna. Ah… bukan bermaksud untuk kufur nikmat, hanya
dzikrina belum menerima semua kepribadiannya hingga mengharapkannya seperti
dewa tanpa dosa. Rayyan memberikan madu bersama dengan setetes empedu, rayyan
menawarkan surga namun neraka juga diberinya, hingga terlahir mujahid dan
mujahidah yang lucu. Kini Rayyan telah
kembali ke alam barzakh, semoga Tuhan merahmatinya. dzikrina harus bangkit,
merajut mimpi yang terhenti.
Malang,
Kota Sejuk penuh impian. Aku merajut mimpi indah di antara semilir angin dari
kota Batu. dzikrina mencoba berdiri
tegar, setegar gunung dikota Malang. Kesuksesan bisnis itu makin dekat dengan
pandangan. Perjuangan harus dilanjutkan, kesuksesan awal jangan menjadi tumpuan
karena di atas kesuksesan ada kesuksesan.
Sebelum
dzikrina pergi, akan dzikrina persiapkan untuk mujahid dan mujahidah sebuah
ladang untuk mereka berbagi ilmu yang didapat mereka dari pesantren yang telah
mereka tempuh. Perbekalan untuk Ayah dan ibunda tercinta dikampung halaman.
Dzikrina ingin ayah bunda menikmati masa tua tanpa rasa khawatir dan duka
nestapa dunia.
Kesuksesan
memiliki tingkatan-tingkatan, dzikrina tidak tahu berada di tingkatan mana saat
ini berada. Namun, dzikrina juga tidak terpedaya dengan kesuksesan dunia,
karena ada kesuksesan yang lebih tahan lama, kehidupan abadi di alam keabadian,
itulah yang harus dzikrina persiapkan segalanya.
Sebelum
Dzikrina Pergi, dzikrina sudah menyiapkan perbekalan. Perbekalan yang akan
membuat orang-orang desa terperangah dan menganga. Allohu robbi, mengapa
kesannya seperti menyombongkan diri ya. Tentu dzikrina tidak ingin seperti itu,
pengalaman kehidupan telah membawa pada satu keyakinan bahwa kesuksesan dunia
bukanlah tujuan utama. Mungkin bisa saja dzikrina pergi membawa bugatti
atau ferrari, namun iman dihati tentu lebih berarti. Hingga kesombongan
itu Aku buang jauh-jauh, kesombongan hanya akan membawa murka Sang Pencipta,
karena kesombongan adalah milikNya tidak pantas bagi manusia yang bertabur dosa
ini.
Kini
dzikrina telah memiliki sebuah rumah Maskanul Huffadz, sebuah tempat
untuk mencetak Huffadz.yang sholih-sholikhah, dzikrina berjuang mulai
dari lima murid, hingga puluhan dan kini santrinya berjumlah ratusan, dzikrina
terus menyiapkan bekal untuk pergi. Oleh-oleh perginya adalah ilmu yang dahulu
dia peroleh, yang selalu diberikan pada murid-murid. Perjuangan sebelum
dzikrina pergi telah dilalui, ayah bunda tercinta kini sudah menanti mengharap
diri kembali, di Maskanul Huffadz yang telah dibangun dikampung halaman
pertiwi.
Dzikrina
kini sudah kembali, kedua orang tuapun senang, para tetangga kini mengenang, si
anak malang kini telah jadi “orang”. Bukan stempel sukses itu yang dzikrina
harapkan, kemuliaan di mata dunia hanyalah sementara, ada kemuliaan yang akan
kekal selamanya kemuliaan di alam keabadian yang tiada tara. Ketika dzikrina
pergi, ucapan syukur, terus mengalun dari bibir atas seluruh nikmat dan atas
rida ayah ibu sehingga seluruh detik hidup ini, Aku menikmati setiap jengkal.
Dzikrina
harus kembali ke kota Malang, kembali mengeksplorasi potensi diri untuk meraih
kesuksesan yang lebih tinggi. dzikrina akan kembali, kembali untuk pergi
kembali. Kembali ke aktivitas sehari-hari di rantau lagi, dan akan pergi lagi
ke bumi pertiwi.
Sebelum
dzikrina pergi kembali, dzikrina akan mempersiapkan perbekalan yang lebih lagi,
untuk ayah dan bunda di bumi pertiwi agar keduanya kembali berseri dalam nikmat
hidup yang penuh arti. Dzikrina akan menyelesaikan akhir perjalanan kehidupan
serta menyempurnakan iman hingga ke ujung kehidupan. Sebelum dzikrina Pergi ke
kampung halaman, dzikrina juga harus memikirkan pergi ke kampung keabadian
karena di sana keabadian dimulakan tanpa akhir dan tanpa kesusahan.
Demikianlah
kisah Dzikrina seorang mukminah yang cerdas, karena senantiasa mampu
mengendalikan diri dan menata dirinya untuk hari besok. Dzikrina pernah
mendengar ceramah seorang ustaz yang sangat membekas dihatinya, beliau pernah
bercerita bahwa Rasulullah saw pada salah satu hadis, menegaskan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini masih sama dengan hari kemarin,
maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi. Allah SWT
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
besok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan"
Bagaimana mungkin kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan
bermanfaat jika enggan untuk bergerak? Maka, Teruslah bergerak, untuk
menghasilkan sebuah kebermaknaan dalam penciptaan.
Wallohu
a’lam bishshowwaab wasalam
BIONARASI
Rr Syarifah Hani’ah, S.Pd.I. Cilacap, 12 September 1979
kegiatan sehari-hari Ibu Rumah Tangga, ASN, Herbalis, Aku terlahir dari
pasangan RH Ali Abdurrahman alatas dan Yuchanidz Ali, Guru madrasah dari tahun
1998 sampai kini, Kini Aku tinggal di Perum Griya Jembar Lestari no 15 Gumilir Cilacap
Utara, email: flanelsyarifah@gmail.com HP 087763543547. Sampai hari ini
Aku baru tergugah membuat 13 karya antologi, 1 karya solo yang berjudul
“Kerajaan Numeric”, 1 karya solo yang sedang on proses cetak berjudul
“Misteri Hutan Geometri”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar