Minggu, 23 Oktober 2022

Sebelum Dzikrina Pergi (Karya antologiku)

 

“Sebelum Dzikrina Pergi”

 

Tidak banyak yang ingin dzikrina ceritakan, sebab dzikrina memang tipikal orang yang kurang suka cerita detail tentang diri sendiri, meski untuk sampai pada titik ini, dzikrina merasakan banyak pahit getirnya berkeluarga dan bermasyarakat.

“Sebelum Dzikrina Pergi” adalah kisah perjalanan seorang anak manusia bernama dzikrina di dunia penuh kefanaan, bukan sekadar pengalaman yang menyenangkan, namun duka yang bertabur lara, serta canda tawa beraroma gelaknya.

Berawal dari sebuah titik keberangkatan menuju kota Malang, perjalanan ini dzikrina mulai dengan membawa tekad, hati dan perasaan. Sebelum dzikrina pergi, dzikrina sudah bertekad dalam hati, akan memberi sesuatu yang membuat manusia menjadi “iri” dan tidak memandang Dzikrina manusia setengah “nyali”. Eh … mengapa terdengar riya ya. Impian memiliki sebuah rumah Maskanul Huffadz sekaligus mencetak Huffadz. Mengapa harus itu impiannya, mengapa tidak yang lain? Karena di sekitar asal kota kelahirannya belum ada, dan impian ini harus sudah terwujud, sebagai bekal sebelum dzikrina “pergi”.

Awal pengembaraan dikota Malang, kota apel dengan seluruh kesibukannya. dzikrina terdampar di antara gang sempit, bersama buruh kasar hingga manusia yang tanpa arti. Pecundang, pemulung, penggelandang dan kamu marginal yang lain.

Alhamdulillah tahun pertama di tempat kerja tidak terlalu mengalami kendala yang berarti, perbedaan pendapat selalu ada, hanya karena menyadari mereka adalah keluarga kedua dzikrina setelah keluarga sesungguhnya, maka dzikrina menerima apapun sifat dan sikap yang mereka lakukan. Untuk dzikrina sampai pada titik inipun, tentunya dzikrina mengalami pergolakan batin yang luar biasa di tahun sebelumnya. Hanya positive thinking dan mencari kegiatan positive lain, sehingga kini dzikrina sudah merasa mempunyai bagian, tempat dan kegiatan dzikrina sendiri. Pada tahun sebelumnya sempat dzikrina merasa ada sesuatu yang hilang saat baru pindah dari tempat kerja yang lama ke tempat yang baru, karena di tempat lama dzikrina memegang beberapa peran disekolah, namun di tempat baru, sebagaimana layaknya orang baru yang belum begitu dikenal kepribadian dzikrina dan di tempat yang sekarang tentu ada banyak tenaga professional yang sudah menempati jobnya masing-masing sehingga belum memerlukan tenaga dan kemampuan dzikrina. Hal ini membuat dzikrina merindukan pergi ke kampung halaman, ke tempat kerja sebelumnya, sekaligus membuatnya memulai bisnis yang dijalankan online, di sela tugas utamanya di sekolah bonafide Swasta.

Sebelum Dzikrina pergi, dzikrina bertekad harus menjadi orang, bukan karang yang pasrah dengan deburan ombak di ujung petang. Namun, tak ada jalan pulang. Lingkungan tak ada dukungan, saudara jauh di lombok, kampung halaman terukir di sudut ruang hati yang terdalam. Menjelang dzikrina merasa sedang terpuruk dalam perjuangan, asa itu datang tanpa diundang. Dzikrina bersinar di antara gempita Malang, menyeruak kembali membangunkan impian yang telah lama memudar. Memberi arah kaki melangkah menunjukkan jalan ketika asa itu tinggal kenangan. Ustaz Rayyan, sang lelaki impian datang di saat jiwa ini makin mengering di tengah kota yang makin gersang.

Ternyata Rayyan bukan malaikat sempurna. Ah… bukan bermaksud untuk kufur nikmat, hanya dzikrina belum menerima semua kepribadiannya hingga mengharapkannya seperti dewa tanpa dosa. Rayyan memberikan madu bersama dengan setetes empedu, rayyan menawarkan surga namun neraka juga diberinya, hingga terlahir mujahid dan mujahidah yang lucu.  Kini Rayyan telah kembali ke alam barzakh, semoga Tuhan merahmatinya. dzikrina harus bangkit, merajut mimpi yang terhenti.

Malang, Kota Sejuk penuh impian. Aku merajut mimpi indah di antara semilir angin dari kota Batu.  dzikrina mencoba berdiri tegar, setegar gunung dikota Malang. Kesuksesan bisnis itu makin dekat dengan pandangan. Perjuangan harus dilanjutkan, kesuksesan awal jangan menjadi tumpuan karena di atas kesuksesan ada kesuksesan.

Sebelum dzikrina pergi, akan dzikrina persiapkan untuk mujahid dan mujahidah sebuah ladang untuk mereka berbagi ilmu yang didapat mereka dari pesantren yang telah mereka tempuh. Perbekalan untuk Ayah dan ibunda tercinta dikampung halaman. Dzikrina ingin ayah bunda menikmati masa tua tanpa rasa khawatir dan duka nestapa dunia.

Kesuksesan memiliki tingkatan-tingkatan, dzikrina tidak tahu berada di tingkatan mana saat ini berada. Namun, dzikrina juga tidak terpedaya dengan kesuksesan dunia, karena ada kesuksesan yang lebih tahan lama, kehidupan abadi di alam keabadian, itulah yang harus dzikrina persiapkan segalanya.

Sebelum Dzikrina Pergi, dzikrina sudah menyiapkan perbekalan. Perbekalan yang akan membuat orang-orang desa terperangah dan menganga. Allohu robbi, mengapa kesannya seperti menyombongkan diri ya. Tentu dzikrina tidak ingin seperti itu, pengalaman kehidupan telah membawa pada satu keyakinan bahwa kesuksesan dunia bukanlah tujuan utama. Mungkin bisa saja dzikrina pergi membawa bugatti atau ferrari, namun iman dihati tentu lebih berarti. Hingga kesombongan itu Aku buang jauh-jauh, kesombongan hanya akan membawa murka Sang Pencipta, karena kesombongan adalah milikNya tidak pantas bagi manusia yang bertabur dosa ini.

Kini dzikrina telah memiliki sebuah rumah Maskanul Huffadz, sebuah tempat untuk mencetak Huffadz.yang sholih-sholikhah, dzikrina berjuang mulai dari lima murid, hingga puluhan dan kini santrinya berjumlah ratusan, dzikrina terus menyiapkan bekal untuk pergi. Oleh-oleh perginya adalah ilmu yang dahulu dia peroleh, yang selalu diberikan pada murid-murid. Perjuangan sebelum dzikrina pergi telah dilalui, ayah bunda tercinta kini sudah menanti mengharap diri kembali, di Maskanul Huffadz yang telah dibangun dikampung halaman pertiwi.

Dzikrina kini sudah kembali, kedua orang tuapun senang, para tetangga kini mengenang, si anak malang kini telah jadi “orang”. Bukan stempel sukses itu yang dzikrina harapkan, kemuliaan di mata dunia hanyalah sementara, ada kemuliaan yang akan kekal selamanya kemuliaan di alam keabadian yang tiada tara. Ketika dzikrina pergi, ucapan syukur, terus mengalun dari bibir atas seluruh nikmat dan atas rida ayah ibu sehingga seluruh detik hidup ini, Aku menikmati setiap jengkal.

Dzikrina harus kembali ke kota Malang, kembali mengeksplorasi potensi diri untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi. dzikrina akan kembali, kembali untuk pergi kembali. Kembali ke aktivitas sehari-hari di rantau lagi, dan akan pergi lagi ke bumi pertiwi.

Sebelum dzikrina pergi kembali, dzikrina akan mempersiapkan perbekalan yang lebih lagi, untuk ayah dan bunda di bumi pertiwi agar keduanya kembali berseri dalam nikmat hidup yang penuh arti. Dzikrina akan menyelesaikan akhir perjalanan kehidupan serta menyempurnakan iman hingga ke ujung kehidupan. Sebelum dzikrina Pergi ke kampung halaman, dzikrina juga harus memikirkan pergi ke kampung keabadian karena di sana keabadian dimulakan tanpa akhir dan tanpa kesusahan.

Demikianlah kisah Dzikrina seorang mukminah yang cerdas, karena senantiasa mampu mengendalikan diri dan menata dirinya untuk hari besok. Dzikrina pernah mendengar ceramah seorang ustaz yang sangat membekas dihatinya, beliau pernah bercerita bahwa Rasulullah saw pada salah satu hadis, menegaskan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini masih sama dengan hari kemarin, maka kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi. Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari besok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"   Bagaimana mungkin kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat jika enggan untuk bergerak? Maka, Teruslah bergerak, untuk menghasilkan sebuah kebermaknaan dalam penciptaan.

Wallohu a’lam bishshowwaab wasalam

 

BIONARASI

Rr Syarifah Hani’ah, S.Pd.I. Cilacap, 12 September 1979 kegiatan sehari-hari Ibu Rumah Tangga, ASN, Herbalis, Aku terlahir dari pasangan RH Ali Abdurrahman alatas dan Yuchanidz Ali, Guru madrasah dari tahun 1998 sampai kini, Kini Aku tinggal di Perum Griya Jembar Lestari no 15 Gumilir Cilacap Utara, email: flanelsyarifah@gmail.com HP 087763543547. Sampai hari ini Aku baru tergugah membuat 13 karya antologi, 1 karya solo yang berjudul “Kerajaan Numeric”, 1 karya solo yang sedang on proses cetak berjudul “Misteri Hutan Geometri”  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar