Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 29

 Akhir perjuangan

Kembali ke gereja, tempat Yasmin disekap. Ucapan Yasmin membuat penjahat marah, kemarahannya menyebabkan tenaga penjahat itu bertambah. Ia menerjang maju. Yasmin mengendap ke samping. Pada saat itu juga Husna menjulurkan kakinya, mengenai kaki Ibra. Penjahat itu sama sekali tak menduga bahwa hal itu akan terjadi. Tubuhnya terdorong ke depan, ke arah mulut sumur. Husna mengayunkan sekop yang dipegang, mendorong punggung Ibra sehingga penjahat itu tersungkur ke dalam sumur yang sudah tidak ada airnya.

 

Saleem bertindak secepat kilat, ketika melihat bahwa lawan yang paling berbahaya sudah tidak berdaya. Ia menerjang Yakub, dibantu oleh Sansan. Penjahat itu melawan. Dicengkeramnya kerongkongan Saleem, tanpa mempedulikan Sansan yang membenamkan giginya ke tepi jas yang dipakai Yakub.

 

Melihat Sansan, timbul niat dalam hati Alois untuk meniru perbuatan kucing itu. Dipeluknya lengan Yakub erat-erat. Sansan memanfaatkan kesempatan baik itu, untuk menyambar tumit Yakub. Penjahat itu berteriak-teriak memanggil Ibra. Tapi Ibra tidak dapat datang membantu, karena ia terkapar di dasar sumur. Malah Ia sendiri juga memerlukan bantuan. Atau tepatnya perawatan, karena kakinya terkilir! Teriakan Yakub menarik perhatian Husna dan Yasmin, yang sedang memandang ke dalam sumur. Keduanya berpaling dengan cepat - dan lima menit kemudian Yakub sudah berhasil diringkus. Badannya diikat dengan tali untuk menimba air sumur, lalu diturunkan ke dalam sumur, menyertai kawannya yang terkapar di dasar. Ketika Yakub sudah sampai di bawah, Husna melepaskan rantai dari gantungannya, lalu menjatuhkannya ke dalam sumur!

 

"Kalian boleh mengucap syukur bahwa sumur saat ini sedang kering!" seru Husna dari atas sumur. "Sekarang tunggu saja dengan tenang di situ. Polisi pasti dengan senang hati akan menolong kalian keluar nanti!"

 

Empat Sekawan telah memenangkan perjuangan mereka melawan Trio penjahat. Mereka sangat puas, karena kini benar-benar menang! Bukan hanya emas yang dirampok saja yang mereka temukan kembali, tapi para perampoknya pun mereka buat tidak berdaya lagi! Kini tinggal menyerahkan saja pada polisi, serta mengembalikan emas pada bank. Yasmin berlutut, lalu mengelus-elus kepala Sansan. "Kucing pintar!" katanya dengan bangga. "Kau hebat tadi, Sansan. Aku bangga terhadapmu!"

 

Husna dan Saleem mengucapkan selamat pada Alois. "Kau sangat tabah, Alois! Berkat bantuanmu, penjahat kita tundukkan. Jangan khawatir, untuk itu kau nanti akan kami beri hadiah!" Alois tertawa-tawa dengan wajah berseri-seri. Empat sekawan tidak perlu terlalu lama menjaga kedua penjahat serta karung-karung berisi emas batangan yang masih tetap tertimbun tanah dalam parit. Hasna, dengan Jimmy dan Catherine sebagai penunjuk jalan, sementara itu sudah menyampaikan laporan ke kantor polisi. Dengan segera Ia kembali ke dalam hutan, Bersama sejumlah petugas polisi. Pihak kepolisian di Vila Cuzco juga sudah diberi tahu, dan Inspektur Luca beserta anak buahnya tiba di kompleks bekas biara segera setelah polisi dari Cuzco sampai di sana. Yasmin senang sekali melihat kedua rombongan polisi datang.

 

"Terima kasih atas kedatangan Anda semua untuk membantu kami," katanya pada mereka. "Dan kau juga. Hasna, atas kecepatanmu mendatangkan bantuan. Keasyikannya sudah selesai," katanya sambil nyengir lebar pada lnspektur Luca. "Anda boleh mengambil alih urusan barang-barang itu!"

"Barang-barang apa?" tanya Pak Inspektur Luca dengan heran. Ia memandang berkeliling.

"Kusangka kami diminta datang untuk meringkus para perampok bank yang melarikan diri itu, tapi - "

"Urusan itu sudah kami bereskan!" sela Husna memotong.

"Kalau Pak Luca hendak menangkap mereka, tinggal angkat saja dari dasar sumur!" ucap Yasmin.

"Sedang emas yang berbatang-batang itu" kata Saleem dengan wajah serius, "Anda bisa mengambilnya dari dalam parit di sebelah sana itu, tertimbun tanah!"

EPILOG

*** Dua hari sebelum masa berlibur selesai, kembali dalam kesibukan masing-masing. Yasmin beserta ketiga temannya menikmati keindahan reruntuhan peninggalan peradaban suku Inca di Maccu pichu. Tidak jauh dari lokasi ditemukannya emas batangan. Trio penjahat sudah dikembalikan ke penjara, dan emas batangan sudah diserahkan lagi pada bank, dan Empat Sekawan sudah memperoleh hadiah yang dijanjikan. Setelah itu selama beberapa waktu mereka sibuk melihat-lihat sejumlah rumah yang ditawarkan untuk dijual. Akhirnya mereka memilih sebuah, yang rasanya cocok untuk Alois. Mereka dibantu oleh Maria untuk menyelesaikan urusan pembelian pondoknya. Alois mereka ajak dari Hutan geometri menuju rumah baru Alois. Mereka mengajaknya ke sebuah rumah mungil berwarna putih, dengan daun pintu dicat hijau. Kebun rumah itu indah, penuh dengan bunga di depannya. Segala perlengkapan di dalamnya disediakan oleh orang tua Yasmin.

Yasmin membimbing Alois, memasuki rumah itu.

"Mulai sekarang kau tinggal di sini, Alois," katanya. "Ini rumahmu yang baru! Pak Johnson yang tinggal di sebelah telah berjanji akan mencarikan pekerjaan tetap untukmu, sedang istrinya, Bu Johnson, akan memasak untukmu. Kau ikut makan di tempat mereka. Nah bagaimana?"

Alois bertepuk tangan dengan gembira. Tidak henti-hentinya ia mengucapkan terima kasih, hampir-hampir tanpa gagap lagi. Tidak bosan-bosannya ia memasuki kamar demi kamar. Setelah itu empat sekawan bersepeda kembali ke Vila Cuzco, sementara Sansan berlari-Iari mendampingi mereka.

"Dan besok kita pulang!" kata Husna sambil mendesah. "Liburan sudah berlalu!" "Tapi pokoknya kita asyik selama ini," kata Hasna mengingatkan.

"Ya kau benar, Hasna." kata Saleem. "Petualangan kita dimulai dengan kekecewaan, tapi kemudian berlanjut dengan sangat mengasyikkan! Dan yang paling penting kita sudah membahagiakan Alois!"

"Empat Sekawan sukses!" seru Yasmin bersemangat. "Ternyata sebagai penyelidik, kita ini cukup hebat, ya San?"

"Ngeong!Ngeong!" suara Sansan.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar