Akhir perjuangan
Kembali ke gereja, tempat Yasmin disekap. Ucapan Yasmin
membuat penjahat marah, kemarahannya menyebabkan tenaga penjahat itu bertambah.
Ia menerjang maju. Yasmin mengendap ke samping. Pada saat itu juga Husna
menjulurkan kakinya, mengenai kaki Ibra. Penjahat itu sama sekali tak menduga
bahwa hal itu akan terjadi. Tubuhnya terdorong ke depan, ke arah mulut sumur.
Husna mengayunkan sekop yang dipegang, mendorong punggung Ibra sehingga
penjahat itu tersungkur ke dalam sumur yang sudah tidak ada airnya.
Saleem bertindak secepat kilat, ketika melihat bahwa lawan
yang paling berbahaya sudah tidak berdaya. Ia menerjang Yakub, dibantu oleh
Sansan. Penjahat itu melawan. Dicengkeramnya kerongkongan Saleem, tanpa
mempedulikan Sansan yang membenamkan giginya ke tepi jas yang dipakai Yakub.
Melihat Sansan, timbul niat dalam hati Alois untuk meniru
perbuatan kucing itu. Dipeluknya lengan Yakub erat-erat. Sansan memanfaatkan
kesempatan baik itu, untuk menyambar tumit Yakub. Penjahat itu berteriak-teriak
memanggil Ibra. Tapi Ibra tidak dapat datang membantu, karena ia terkapar di
dasar sumur. Malah Ia sendiri juga memerlukan bantuan. Atau tepatnya perawatan,
karena kakinya terkilir! Teriakan Yakub menarik perhatian Husna dan Yasmin,
yang sedang memandang ke dalam sumur. Keduanya berpaling dengan cepat - dan
lima menit kemudian Yakub sudah berhasil diringkus. Badannya diikat dengan tali
untuk menimba air sumur, lalu diturunkan ke dalam sumur, menyertai kawannya
yang terkapar di dasar. Ketika Yakub sudah sampai di bawah, Husna melepaskan
rantai dari gantungannya, lalu menjatuhkannya ke dalam sumur!
"Kalian boleh mengucap syukur bahwa sumur saat ini
sedang kering!" seru Husna dari atas sumur. "Sekarang tunggu saja
dengan tenang di situ. Polisi pasti dengan senang hati akan menolong kalian
keluar nanti!"
Empat Sekawan telah memenangkan perjuangan mereka melawan
Trio penjahat. Mereka sangat puas, karena kini benar-benar menang! Bukan hanya
emas yang dirampok saja yang mereka temukan kembali, tapi para perampoknya pun
mereka buat tidak berdaya lagi! Kini tinggal menyerahkan saja pada polisi,
serta mengembalikan emas pada bank. Yasmin berlutut, lalu mengelus-elus kepala
Sansan. "Kucing pintar!" katanya dengan bangga. "Kau hebat tadi,
Sansan. Aku bangga terhadapmu!"
Husna dan Saleem mengucapkan selamat pada Alois. "Kau
sangat tabah, Alois! Berkat bantuanmu, penjahat kita tundukkan. Jangan
khawatir, untuk itu kau nanti akan kami beri hadiah!" Alois tertawa-tawa
dengan wajah berseri-seri. Empat sekawan tidak perlu terlalu lama menjaga kedua
penjahat serta karung-karung berisi emas batangan yang masih tetap tertimbun
tanah dalam parit. Hasna, dengan Jimmy dan Catherine sebagai penunjuk jalan,
sementara itu sudah menyampaikan laporan ke kantor polisi. Dengan segera Ia
kembali ke dalam hutan, Bersama sejumlah petugas polisi. Pihak kepolisian di
Vila Cuzco juga sudah diberi tahu, dan Inspektur Luca beserta anak buahnya tiba
di kompleks bekas biara segera setelah polisi dari Cuzco sampai di sana. Yasmin
senang sekali melihat kedua rombongan polisi datang.
"Terima kasih atas kedatangan Anda semua untuk membantu
kami," katanya pada mereka. "Dan kau juga. Hasna, atas kecepatanmu
mendatangkan bantuan. Keasyikannya sudah selesai," katanya sambil nyengir
lebar pada lnspektur Luca. "Anda boleh mengambil alih urusan barang-barang
itu!"
"Barang-barang apa?" tanya Pak Inspektur Luca
dengan heran. Ia memandang berkeliling.
"Kusangka kami diminta datang untuk meringkus para
perampok bank yang melarikan diri itu, tapi - "
"Urusan itu sudah kami bereskan!" sela Husna
memotong.
"Kalau Pak Luca hendak menangkap mereka, tinggal angkat
saja dari dasar sumur!" ucap Yasmin.
"Sedang emas yang berbatang-batang itu" kata
Saleem dengan wajah serius, "Anda bisa mengambilnya dari dalam parit di
sebelah sana itu, tertimbun tanah!"
EPILOG
*** Dua hari sebelum masa berlibur selesai, kembali dalam
kesibukan masing-masing. Yasmin beserta ketiga temannya menikmati keindahan reruntuhan
peninggalan peradaban suku Inca di Maccu pichu. Tidak jauh dari lokasi
ditemukannya emas batangan. Trio penjahat sudah dikembalikan ke penjara, dan
emas batangan sudah diserahkan lagi pada bank, dan Empat Sekawan sudah
memperoleh hadiah yang dijanjikan. Setelah itu selama beberapa waktu mereka
sibuk melihat-lihat sejumlah rumah yang ditawarkan untuk dijual. Akhirnya
mereka memilih sebuah, yang rasanya cocok untuk Alois. Mereka dibantu oleh
Maria untuk menyelesaikan urusan pembelian pondoknya. Alois mereka ajak dari
Hutan geometri menuju rumah baru Alois. Mereka mengajaknya ke sebuah rumah
mungil berwarna putih, dengan daun pintu dicat hijau. Kebun rumah itu indah,
penuh dengan bunga di depannya. Segala perlengkapan di dalamnya disediakan oleh
orang tua Yasmin.
Yasmin membimbing Alois, memasuki rumah itu.
"Mulai sekarang kau tinggal di sini, Alois,"
katanya. "Ini rumahmu yang baru! Pak Johnson yang tinggal di sebelah telah
berjanji akan mencarikan pekerjaan tetap untukmu, sedang istrinya, Bu Johnson,
akan memasak untukmu. Kau ikut makan di tempat mereka. Nah bagaimana?"
Alois bertepuk tangan dengan gembira. Tidak henti-hentinya
ia mengucapkan terima kasih, hampir-hampir tanpa gagap lagi. Tidak
bosan-bosannya ia memasuki kamar demi kamar. Setelah itu empat sekawan
bersepeda kembali ke Vila Cuzco, sementara Sansan berlari-Iari mendampingi
mereka.
"Dan besok kita pulang!" kata Husna sambil
mendesah. "Liburan sudah berlalu!" "Tapi pokoknya kita asyik
selama ini," kata Hasna mengingatkan.
"Ya kau benar, Hasna." kata Saleem.
"Petualangan kita dimulai dengan kekecewaan, tapi kemudian berlanjut
dengan sangat mengasyikkan! Dan yang paling penting kita sudah membahagiakan
Alois!"
"Empat Sekawan sukses!" seru Yasmin bersemangat.
"Ternyata sebagai penyelidik, kita ini cukup hebat, ya San?"
"Ngeong!Ngeong!" suara Sansan.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar