BERBURU EMAS
Dengan penuh semangat empat sekawan mengatur rencana. Tapi
sebelumnya mereka ingin menjenguk Alois dulu. Mereka ingin tahu apakah keadaan
teman mereka itu sudah lebih baik sekarang, dan tidak terlalu bingung karena
kejadian sehari sebelumnya.
"Nanti jangan kita ceritakan rencana kita untuk
membelikan rumah untuknya" kata Saleem, ketika keempat sekawan itu menuju
ke pondok Alois dengan sepeda.
"Jika gagal?" sela Hasna.
"Tidak mungkin, jangan sampai kita gagal lagi, Hasna!"
kata Yasmin dengan yakin.
Mereka menjumpai Alois dalam keadaan yang sudah jauh lebih
baik. Ketika mereka masuk ke dalam pondoknya.
Ia sedang melihat-lihat kumpulan harta-nya. Empat sekawan
membawakan oleh-oleh untuknya. Husna menghadiahkan sebuah gundu yang indah,
Hasna membawakan gula batu, Saleem memberinya peluit, sedang Yasmin membawakan
arloji pamannya yang sudah tidak dipakai lagi tapi masih berjalan. Alangkah
gembiranya Alois menerima hadiah-hadiah itu! Alois tertawa. Sansan ikut
melonjak-lonjak sambil mengeong. Empat sekawan tertawa geli melihat tingkah
laku Alois dan Sansan. Tiba-tiba Sansan berhenti berbuat iseng. Ia berdiri
dengan sikap kaku. La menggeram, sementara bulu tengkuknya tegak. Setelah itu
ia bersin-bersin. Dengan cepat Yasmin menghampiri. Rupanya kucingnya mencium
bau selembar sapu tangan berpola kotak-kotak merah dan putih. Sapu tangan itu
dekil.
"Itu sapu tangan Ibra!" seru Husna. "Aku
melihatnya menyeka kening dengan itu. Rupanya saat itu tercecer, tanpa disadari
olehnya!"
"Bagus!" kata Yasmin.
"Melacak jejak mereka?" tanya Saleem dengan nada
tak mengerti. "Untuk apa" Kita kan sudah tahu di mana mereka kini
berada! Di rumah sakit penjara!"
"Kau belum mengerti, kemampuan Sansan," seru
Yasmin dengan sikap tidak sabar.
"Apa bedanya?" bantah Saleem.
"Ada saja, hanya aku dan dinda Yasmin yag tahu kalua
semua kemampuan magic dinda Yasmin tidak berlaku disini, tapi kemampuan melacak
jejak Sansan, tidak dicabut oleh ayahanda raja Eric," kata Husna menerangkan
Panjang lebar.
“Oh, alhamdulillah jika begitu, kita bisa melacak jejak
sebelum mereka ditangkap kan?’’ selidik Husna.
“Itu dia yang kumaksudkan tadi,” ucap Yasmin dengan raut
gembira.
"Asyik!" seru Hasna bersemangat.
"Tunggu dulu," sela Saleem. "Lupakah kalian
bahwa Ibra beserta kedua kawannya tidak berjalan kaki meninggalkan tempat
ini"
“Mereka naik mobil – sampai kemudian mereka mengalami
kecelakaan. Jadi mana mungkin Sansan bisa mengikuti jejak mereka?"
"Meong!" suara Sansan dengan sikap pasti.
"Meong, Ngeong!"
"Nah - tempat di mana mereka kemudian berhenti untuk memuat
peti-peti itu ke dalam mobil, akan merupakan petunjuk pertama bagi kita. Lalu
setelah itu - "
"San, cium ini, tapi jangan sampai pingsan, ya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar