Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 23

 BERBURU EMAS

Dengan penuh semangat empat sekawan mengatur rencana. Tapi sebelumnya mereka ingin menjenguk Alois dulu. Mereka ingin tahu apakah keadaan teman mereka itu sudah lebih baik sekarang, dan tidak terlalu bingung karena kejadian sehari sebelumnya.

"Nanti jangan kita ceritakan rencana kita untuk membelikan rumah untuknya" kata Saleem, ketika keempat sekawan itu menuju ke pondok Alois dengan sepeda.

"Jika gagal?" sela Hasna.

"Tidak mungkin, jangan sampai kita gagal lagi, Hasna!" kata Yasmin dengan yakin.

Mereka menjumpai Alois dalam keadaan yang sudah jauh lebih baik. Ketika mereka masuk ke dalam pondoknya.

Ia sedang melihat-lihat kumpulan harta-nya. Empat sekawan membawakan oleh-oleh untuknya. Husna menghadiahkan sebuah gundu yang indah, Hasna membawakan gula batu, Saleem memberinya peluit, sedang Yasmin membawakan arloji pamannya yang sudah tidak dipakai lagi tapi masih berjalan. Alangkah gembiranya Alois menerima hadiah-hadiah itu! Alois tertawa. Sansan ikut melonjak-lonjak sambil mengeong. Empat sekawan tertawa geli melihat tingkah laku Alois dan Sansan. Tiba-tiba Sansan berhenti berbuat iseng. Ia berdiri dengan sikap kaku. La menggeram, sementara bulu tengkuknya tegak. Setelah itu ia bersin-bersin. Dengan cepat Yasmin menghampiri. Rupanya kucingnya mencium bau selembar sapu tangan berpola kotak-kotak merah dan putih. Sapu tangan itu dekil.

"Itu sapu tangan Ibra!" seru Husna. "Aku melihatnya menyeka kening dengan itu. Rupanya saat itu tercecer, tanpa disadari olehnya!"

"Bagus!" kata Yasmin.

"Melacak jejak mereka?" tanya Saleem dengan nada tak mengerti. "Untuk apa" Kita kan sudah tahu di mana mereka kini berada! Di rumah sakit penjara!"

"Kau belum mengerti, kemampuan Sansan," seru Yasmin dengan sikap tidak sabar.

"Apa bedanya?" bantah Saleem.

"Ada saja, hanya aku dan dinda Yasmin yag tahu kalua semua kemampuan magic dinda Yasmin tidak berlaku disini, tapi kemampuan melacak jejak Sansan, tidak dicabut oleh ayahanda raja Eric," kata Husna menerangkan Panjang lebar.

“Oh, alhamdulillah jika begitu, kita bisa melacak jejak sebelum mereka ditangkap kan?’’ selidik Husna.

“Itu dia yang kumaksudkan tadi,” ucap Yasmin dengan raut gembira.

"Asyik!" seru Hasna bersemangat.

"Tunggu dulu," sela Saleem. "Lupakah kalian bahwa Ibra beserta kedua kawannya tidak berjalan kaki meninggalkan tempat ini"

“Mereka naik mobil – sampai kemudian mereka mengalami kecelakaan. Jadi mana mungkin Sansan bisa mengikuti jejak mereka?"

"Meong!" suara Sansan dengan sikap pasti. "Meong, Ngeong!"

"Nah - tempat di mana mereka kemudian berhenti untuk memuat peti-peti itu ke dalam mobil, akan merupakan petunjuk pertama bagi kita. Lalu setelah itu - "

"San, cium ini, tapi jangan sampai pingsan, ya."

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar