SURAT TUGAS
Nomor : Ybk.1271.02/PP.01/285/VII/2021
Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka memenuhi undangan Webinar series dari kanwil kemenag
2. Berdasar hal tersebut perlu
menugaskan peserta untuk mengikuti kegiatan
tersebut.
Dasar :
Undangan mengikuti Webinar
siberkreasi kanwil kemenag via zoom
Memberi Tugas
Kepada :
Nama : (Terlampir)
Untuk :
1. Mengikuti kegiatan
Webinar pada tanggal 19 Juli 2021 sampai 21 September 2021 via zoom di ruang kerja masing-masing.
2. Melaporkan kepada pimpinan setelah
selesai melaksanakan tugas ini.
Dikeluarkan di : Kuripan Kidul
Pada tanggal : 02 Juli 2021
Peserta Webinar Siberkreasi Menkominfo dan
Kemenag 2021.
NO |
Nama |
NUPTK |
Jabatan |
1 |
KH. Mufroil, S.Pd.I |
7662747649200002 |
Guru |
2 |
Rudianto, S. Pd.I, M.Pd |
7662747649200002 |
Guru |
3 |
Anisatul Habibah, S. Pd.I |
7736752653300010 |
Guru |
4 |
Amin Hidayat, S. Pd.I., M.
Pd. |
4246754656200000 |
Guru |
5 |
Robingaenah, S. Pd.I., M. Pd. |
7646757659300000 |
Guru |
6 |
Rr. Syarifah Hani’ah, S. Pd. |
8244757658210050 |
Guru |
7 |
Tri Ngaeniyah, S. Pd. SD |
2943757658210090 |
Guru |
8 |
Fitria Zahroh Rakhmayanti,
S. Pd.I |
3052762664210100 |
Guru |
9 |
Duriyah, S. Pd. I |
8942747650300010 |
Guru |
10 |
Lalitha Chabibatul Waro, S. Pd |
|
Guru |
11 |
Ika Wasilatul Ngainiyah, S. Pd.I |
|
Guru |
12 |
Ahmad Syaefi, S. Pd.I |
|
Guru |
13 |
Susanti, S. Pd.I |
|
Guru |
14 |
Sugeng Riyadi, S.Ag |
|
Guru |
15 |
Muhlisin, S.Pd.I |
|
Guru |
RINGKASAN MATERI WEBINAR SIBERKREASI
1.
Webinar tanggal 19 juli 2021 tentang adaptasi
pembelajaran online di masa pandemi
2.
Webinar tanggal 21
Juli 2021 tentang Strategi menangkal konten hoax
3.
Webinar tanggal 22
juli 2021 tentang Moderasi dan penanaman nilai keagamaan melalui online
4.
Webinar tanggal 22
juli 2021 tentang Suara Demokrasi dari ranah digital
5.
Webinar tanggal 23
Juli 2021 tentang Membangun toleransi beragama melalui media sosial
6.
Webinar tanggal 24
Juli 2021 tentang metode pembelajaran di era digital
7.
Webinar tanggal 10
Agust 2021 tentang melawan ujaran kebencian dalam dunia maya
8.
Webinar tanggal 12
agust 2021 tentang dalami agama di dunia maya
9.
Webinar tanggal 26
agus 2021 tentang menjadi masyarakat pancasila di era digital
10.
Webinar tanggal 21
sep 2021 tentang adaptas 4 pilar literasi digital untuk siswa
11.
Webinar tanggal 28
agus 2021 tentang bermedia digital sing apik
12. Webinar
tanggal 6 agus 2021 tentang dampak positif bermedia sosial
1.
Webinar tanggal 19 juli 2021 tentang adaptasi
pembelajaran online di masa pandemi
Beberapa Nara Sumber handal telah mengisi kegiatan
webinar tersebut, diantaranya : 1. Immaduddin Idrissobir, Digital Practitioner;
2. Ahmad Wahyu Sudrajad, M. Hum, Peneliti; 3. Dr. Ipah Ema Jumiati, S.IP.,
M.Si.Lektor Kepala; dan 4. Dra. Hj. Adibatus Syarifah, M.Si, Kepala MTs Negeri
blora. Adapun sebagai moderator ayu
perwari dan KOL (Key Opinion Leader)
Tommy Boly.
Bapak presiden Joko widodo telah membuka acara ini
dilanjutkan sambutan dari Bapak kakanwil jateng Bapak Musta’in Ahmad yang telah
mendukung kegiatan webinar literasi Nasional digital dimasa Pandemi ini dan
Bapak Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga ikut hadir dalam kegiatan ini.
Penyelenggara telah menyediakan hadiah menarik yang akan dikirim melalui E wallet Dana, OVO,
dan gopay. Selesainya acara ini peserta mendapatkan E-Sertifikat melalui email
masing masing yg ditandatangani oleh direktur pemberdayaan Informatika
Bonifasius Wahyu Pudjianto, selesai mengisi link daftar hadir Sebelumnya admin
mempersilakan peserta untuk memberikan pertanyaan .
2.
Webinar tanggal 21
Juli 2021 tentang Strategi menangkal konten hoax
Masyarakat diminta untuk tidak mudah termakan berita atau
informasi hoax yang saat ini merambah secara masif di media sosial. Sebaliknya,
warga internet perlu menyikapi hoax ini dengan bijak.
Cara menangkal hoax ini dikemukakan oleh para pakar dalam
giat Webinar ‘Strategi Menangkal Konten Hoax’ yang digelar pada 21 Juli 2021
oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi RI bekerjasama dengan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Cilacap
Webinar yang dipandu oleh Vania Martadinata ini
melibatkan empat narasumber. Mereka adalah, Imam Wahyudi (Direktur Content
Creative Indonesia), Agung Mumpuni
(Dosen dan Jurnalis), Imam Tobroni (Kepala Kemenag Kabupaten Cilacap), dan
Juair (Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah).
Imam mengemukakan ada dua jenis berita yang tidak benar
yang sering beredar di dunia maya, yaitu misinformasi dan disinformasi.
Misinformasi yaitu salah informasi.” Informasinya salah, tapi orang yang
menyebarkannya percaya bahwa informasi itu benar. Penyebaran informasi ini
tidak bertujuan untuk membahayakan orang lain,” terang Imam.
Sedangkan disinformasi adalah dalam disinformasi si
penyebar informasi tahu kalau informasinya memang salah. Namun sengaja
disebarkan untuk menipu, mengancam, bahkan membahayakan pihak lain. “Yang jahat
itu adalah disinformasi yang sengaja disebarluaskan dengan iktikad buruk,” kata
Imam.
Sementara Mumpuni mengemukakan, berdasarkan data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia
sudah mencapai 132,7 juta jiwa. Namun dampak negatifnya, pertumbuhan yang masif
ini membuka ruang lebih luas untuk meningkatnya radikalisme digital, jejaring
teroris online, berita palsu, ujaran kebencian dan cyberbullying.
Agung Mumpuni (kanan) “Hal
ini terlihat dengan begitu banyak informasi hoax. Berita-berita hoax yang menyesatkan
beredar lewat berbagai jalur digital, termasuk situs media online, blog,
website, media sosial, email, dan aplikasi pesan instan (whatsapp),” paparnya.
Skeptis, Hoax ini sudah merambah ke segala aspek
kehidupan. Yaitu politik, kesehatan, sara, makanan/minuman, keuangan, Iptek,
berita duka, dan lainnya.
Untuk menangkal hoax ini, Imam mengimbau warga internet
untuk memiliki beberapa tiga sikap mental. Pertama, skeptis. Warganet diimbau
untuk tidak mudah percaya akan suatu informasi. “Sebaiknya kita cek dulu apakah
berita ini benar atau tidak. Bisa kita cek di google atau situs-situs khusus,
baik pemerintah maupun lainnya untuk mengecek fakta,” ujarnya.
Kedua yaitu sikap kritis. Menurut Imam, masyarakat harus
bisa menilai apakah informasi tertentu bermanfaat atau tidak. Selain itu, perlu
ditelisik apakah ada motif tertentu dibalik penyebaran informasi tersebut. Ketiga adalah bijak dalam bermedia sosial.
Tidak mudah termakan dan menyebarkan hoax.
Mumpuni memaparkan, ada beberapa cara menangkal hoax.
Yaitu berhati-hati dengan judul yang cenderung provokatif, mencermati alamat
situs apakah resmi atau tidak, memeriksa fakta pada sumber-sumber yang resmi,
mengecek keaslian foto pada google image, dan mengikuti grup diskusi anti hoax.
Kakankemenag Kabupaten Cilacap,Imam Tobroni menambahkan,
warganet harus bisa menyaring kebenaran informasi sebelum disebar. Menurutnya,
warganet harus menggunakan etika dalam bermedia sosial.
Kakankemanag Kab.
Cilacap, Imam Tobroni
Etika tersebut yaitu, sikap hati-hati dalam menyebarkan
informasi ke publik. Selanjutnya, menggunakan etika saat berinteraksi dengan
warganet lainnya. Ketiga, berhati-hati terhadap akun yang tidak dikenal.
Keempat, tidak mengunggah informasi yang berkonflik Sara. Kelima, memanfaatkan
media sosial untuk memperluas jaringan. Keenam, mencantumkan sumber informasi
konten yang diunggah. Ketujuh, tidak mengunggah informasi yang belum jelas
sumbernya. Dan terakhir, memanfaatkan media sosial untuk pengembangan diri. –
3.
Webinar tanggal 22
juli 2021 tentang Moderasi dan penanaman nilai keagamaan melalui online
Kementerian Agama Republik Indonesia merumuskan
pengertian moderasi beragama sebagai cara pandang, sikap, dan praktik beragama
dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang
melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, berlandaskan
prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
”Secara kamus, istilah ’moderasi’ berarti pengurangan
kekerasan atau penghindaran keekstreman,” ujar Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2
Kudus Shofi pada webinar literasi digital bertajuk ”Moderasi dan Penanaman
Nilai-Nilai Keagamaan melalui Online” yang digelar Kementerian Kominfo untuk
masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin (22/7/2021).
Selain Shofi, diskusi virtual yang dipandu oleh moderator
presenter Vania Martadinata itu juga menampilkan narasumber Ardiansyah (IT
Consultant), Isharsono SP (Praktisi Digital Marketing, Founder Istar Digital
Marketing Center), Slamet Budiyono (Kepala Madrasah), dan artis Ade Ayu
Sudrajat selaku key opinion leader.
Shofi mengatakan, ada empat atribut dalam moderasi
beragama. Masing-masing ialah: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan,
serta akomodatif dan inklusif. Keempat atribut tersebut, ada pula yang
menyebutnya sebagai indikator moderasi beragama.
Komitmen kebangsaan, menurut Shofi, ialah kesadaran warga
negara untuk menerima keterikatan dirinya atas dasar keyakinan terhadap
Pancasila sebagai landasan hidup, moral, dan sikap.
”Hal itu mencakup: menghargai dan menjiwai identitas
nasional; menghargai dan menindaklanjuti perjuangan para pahlawan; mengutamakan
kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan; berpartisipasi
aktif dalam upaya mewujudkan integrasi nasional,” jelas Shofi.
Adapun toleransi, lanjut Shofi, adalah sikap untuk
memberi ruang dan tidak mengganggu hak orang lain untuk berkeyakinan,
mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat. Contohnya, menghargai
dan mengapresiasi perbedaan agama, ras, suku, budaya, dan golongan serta
terbuka dan mengapresiasi kesetaraan gender.
Sikap anti kekerasan, yakni menolak tindakan seseorang
atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung
perubahan yang diinginkan. Moderasi beragama juga tidak membenarkan adanya
kekerasan baik secara verbal maupun fisik.
Indikator akomodatif, imbuh Shofi, merupakan wujud dari
sikap kesediaan untuk menerima, mempertahankan, mengaktualisasikan tradisi,
budaya lokal, dan ide-ide baru dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak
bertentangan dengan pokok ajaran agama.
”Atribut ini mencakup: komitmen untuk mempertahankan
kearifan lokal (local wisdom); komitmen untuk menyempurnakan diri dengan
mengadopsi ide-ide baru yang positif; terbuka dan apresiatif terhadap amaliyah
keagamaan yang berbeda,” papar Shofi.
Narasumber berikutnya, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1
Surakarta Slamet Budiyono, memahami moderasi beragama melalui definisi
konseptual sebagai cara pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di
tengah-tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama.
”Istilah bahasa Inggrisnya ‘moderation’: sikap sederhana,
sifat sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Jadi tidak ekstrem kiri (liberal),
atau ekstrem kanan (ultra konservatif yang kaku). Atau bahasa Arabnya
”wasathiyah” (di tengah-tengah),” ujar Slamet Budiyono.
Terkait aktualisasi moderasi beragama di era digital,
kata Slamet, Islam mengajarkan adanya ”tabayyun” sebagai kunci sekaligus
solusinya. Pengertian tabayyun, sambung Slamet Budiyono, adalah menyeleksi
informasi atau berita dengan melakukan cek dan ricek, memverifikasi, dan
mencari kebenaran dari informasi tersebut. Atau mencari kejelasan tentang
sesuatu hingga jelas dan benar keadaannya.
”Jika dapat informasi jangan langsung sebar sebelum
diverifikasi dan proses tabayyun. Pastikan aspek sumber informasinya, kebenaran
konten muatannya, dan konteks tempat, waktu serta latar belakangnya. Caranya,
bertanya kepada sumber informasi atau ke pihak yang punya otoritas,” jelas
Slamet.
Slamet menambahkan, setiap muslim yang bermuamalah
melalui media sosial diharamkan untuk: melakukan ghibah, fitnah, namimah, dan
penyebaran permusuhan; melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan
atas dasar SARA; menyebarkan hoaks dan kabar bohong; menyebarkan pornografi dan
kemaksiatan.
”Bahkan jika Anda menyebarkan konten yang benar, tapi tidak sesuai tempat
dan atau waktunya, itu juga haram hukumnya,” tegas Slamet.
4.
Webinar tanggal 22 Juli 2021 Suara Demokrasi dari Ranah
Digital
Diskusi
bertema “Suara Demokrasi dari Ranah Digital” dibahas dalam webinar yang
diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk
masyarakat Kota Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (22/7/2021). Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari
Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang
diselenggarakan secara serentak. Masyarakat Indonesia diajak untuk memperdalam
literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills,
dan digital safety.
Salah
satu narasumber, dosen Fisipol UGM Yogyakarta Mustaghfiroh Rahayu mengatakan,
saat ini bentuk demokrasi telah berubah ke ruang digital. Ruang digital menjadi
arena baru dalam menyampaikan gagasan publik, politik, ekonomi, hingga
kebudayaan. Ruang digital juga sekaligus sebagai sarana atau instrumen untuk
memperkuat demokrasi baik secara prosedural maupun substansional.
Demokrasi
digital memperluas ruang-ruang partisipasi publik secara efektif dalam public
policy making process melalui teknologi digital. Contohnya, gerakan
mengumpulkan petisi melalui Change.org sebagai bentuk protes masyarakat. “Ruang
digital dalam demokrasi pun menjadi ruang partisipasi publik di mana interaksi
secara virtual terjadi. Namun kemudahan itu tetap perlu waspada dengan keamanan
digital,” jelas Mustaghfiroh kepada 250-an peserta webinar.
Keamanan
dalam interaksi di ruang digital adalah proses untuk memastikan penggunaan
layanan digital secara aman dan nyaman. Keamanan digital ini tidak hanya
menyangkut bagaimana mengamankan perangkat, tetapi juga bagaimana berperilaku
dengan aman di ruang digital.
“Keamanan
perangkat yang paling utama adalah memperbarui software perangkat secara
berkala, memasang antivirus, dan mengaktifkan dua langkah verifikasi akun untuk
perlindungan ganda. Sedangkan perilaku aman yang rendah risiko itu adalah sadar
tentang pengamanan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, dan memahami
rekam jejak digital,” ujar Mustaghfiroh.
Menjaga
keamanan identitas digital itu penting agar tidak terlibat penipuan digital.
Menggunakan password yang kuat agar akun tidak mudah dibobol dengan mengecek
kekuatan password di howsecureismypassword.net
“Tapi
ingat, tidak ada solusi tunggal untuk menjaga keamanan digital. Keamanan
digital bukan soal perangkatnya, tetapi tentang memahami ancaman yang kita
hadapi dan cara menghadapinya,” tutupnya.
Tri
Yuningsih, dosen Universitas Diponegoro, menambahkan, bermedia digital yang
baik, termasuk dalam menyampaikan demokrasi, itu harusnya dilakukan dengan
etis. Etika digital menjadi panduan berperilaku terbaik di ruang digital,
membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital berada pada
domain kolektif informal.
“Ketika
berada di ruang digital secara otomatis kita menjadi bagian dari masyarakat
digital, sehingga penting untuk memproduksi dan mendistribusikan pesan yang
baik sesuai netiket atau tata krama yang berlaku di ruang digital,” jelas Tri
Yuningsih.
Dalam
bermedia digital, dalam hal ini berdemokrasi, Tri Yuningsih menjelaskan,
penyampaian kritik, masukan, menyuarakan gagasan dan pendapat dilakukan dengan
santun. Etika tidak hanya soal kepantasan, tetapi juga menyangkut tanggung
jawab. Sebab, jika tidak berhati-hati dan menjaga etika bisa jadi dapat
permasalahan hukum.
“Bermedsos
itu harus memastikan unggahan tidak mengandung SARA, hoaks dan tidak mengunggah
konten negatif. Mencantumkan sumber atau sitasi ketika menggunakan tulisan atau
karya orang lain, menyampaikan dengan bahasa yang sopan, berpikir kritis atau
saring sebelum sharing,” lanjut Tri Yuningsih.
Intinya,
sebagai warga negara digital setiap pengguna harus dapat menyampaikan suara
demokrasi dengan etis dengan memperhatikan dampak positif dan negatifnya. Tidak
memproduksi dan tidak menyebar hoaks melainkan melawan hoaks dengan tidak
impulsif ketika mendapatkan informasi.
Diskusi
virtual yang dimoderatori oleh Githa Nila Maharkresi (produser) ini juga diisi
oleh narasumber lain, yakni: Muhammad Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara), A.
Zulchaidir Ashary (digital marketer), serta Keyseah (kreator konten) yang
menjadi key opinion leader dalam diskusi
5.
Webinar tanggal 23 Juli 2021 tentang Membangun toleransi
beragama melalui media sosial
Guru dan karyawan MI Ya BAKII
Kuripan Kidul telah mengikuti webinar Gerakan Nasional literasi digital 2021
yang diselenggarakan oleh kementerian Informasi dan Komunikasi dan Gerakan
Nasional literasi digital 2021 siberkreasi di 34 Propinsi dan 514
Kabupaten/Kota ini yang keempat kalinya pada 23 Juli 2021. Pukul 13.00 – 14.30
WIB. Webinar ini bertema Membangun Toleransi beragama melalui media sosial.
Bapak Presiden Republik Indonesia telah membuka acara ini
dilanjutkan sambutan dari kakanwil
jateng Bapak Musta'in Ahmad yg telah memberikan dukungan dan semangat kepada
peserta webinar tak ketinggalan Bapak Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga ikut
hadir dalam webinar ini.
Beberapa pakar Nara Sumber telah mengisi Webinar ini
yakni: 1. Yusuf Mars, Jurnalis sosial politik dan keagamaan; 2. Imam Alba, Direktur
Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana (LPAW); 3. Nurkholis, SH., MA, Konsultan
Bisnis dan HAM; 4. Dr. H. Slamet Budiyono, M.Pd, Kepala MAN 1 Surakarta.
Ditengah pengisian Materi Deby Glen selaku moderator
mempersilakan kepada peserta untuk memberikan pertanyaan kepada Salah satu Nara
Sumber lewat chat zoom. Hadiah akan dikirim lewat E wallet Dana/OVO/gopay.
“Alhamdulillah setelah acara selesai salah satu Guru dari
MI Ya BAKII Kuripan Kidul masuk dalam list pertanyaan terbaik atas nama Laila
Prafitria Agustine, beliau juga sebagai Waka humas.”ungkap Rohman selaku Plt.
Kepala TU.
Diujung acara hadir KOL (Key Opinion Leader) Niya
kurniawan menyampaikan, selesainya webinar ini peserta mengisi daftar Hadir
lewat link yang ada di chat zoom dan kemudian akan mendapatkan balasan melalui
email masing masing yg berisi E
sertifikat yang ditandatangani oleh Direktur Pemberdayaan Informatika
Bonifasius Wahyu Pudjianto. Imam Sayekti menyampaikan puji syukur serta ucapan
selamat dan sukses kepada pemenang pertanyaan terbaik khususnya MI Ya BAKII
Kuripan Kidul dan disampaikan terima kasih kepada Bapak Ibu guru dan pegawai
yang telah semangat mengikuti webinar literasi Nasional digital 2021 dari Kamis
sampai Sabtu
6.
Webinar tanggal 24
Juli 2021 tentang metode pembelajaran di era digital
Kecakapan digital adalah hal yang penting agar dapat memperoleh ilmu
pengetahuan yang tanpa batas, demikian pemaparan Andie Wibianto dalam webinar
gerakan nasional literasi digital dengan tema metode pembelajaran di era
digital di kabupaten Cilacap 24 Juli
2021.
Andi Wibianto mengatakan Kecakapan digital di masa pandemi dapat dilakukan
dengan cara Memanfaatkan mesin pencariuntuk belajar dan Implementasi kecakapan
digital dalam kehidupan sehari-hari Katanya Mesin pencarian informasi adalah
situs yang memiliki kemampuan untuk mencari halaman situs web di internet
berdasarkan basis data dengan bantuan kata kunci.
" Pemanfaatan mesin pencarian untuk belajar di masa pandemi
Covid-19," katanya.
Sementara itu Dosen FEB Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti
mengatakan daam literasi digital perlunya Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai landasan. hindari beberapa hal berikut Misinformasi yakni
Ada kesalahan dalam informasi, namun disebarkan karena unsur ketidaksengajaan.
Disinformasi yakni Tindakan menyebarkan informasi yang salah, namun
dilakukan secara sengaja.
"Ketiga yakni Malinformasi, Informasi yang memiliki unsur kebenaran,
namun penyebarannya dimaksudkan untuk merugikan hingga membahayakan pihak
tertentu," katanya.
Masing-masing pembicara menyampaikan materinya sekitar 25 menit. Para
peserta webinar terlihat antusias mengikuti acara. Terbukti mereka bergegas
mengirimkan sederet pertanyaan kepada pembicara, melalui pesan chat box.
Acara yang digagas Kominfo RI ini berlangsung selama hampir tiga jam.
Beberapa pembicara lain yang turut hadir membagikan pengetahuan dan
pengalamannya antaralain Rahmat Afian Pranowo, yang lebih banyak berbagi
pengetahuan tentang keamanan digital.
Peserta juga memperoleh materi tentang etika digital yang disampaikan Agus
Mahasin, Kasi Guru pada Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi
Jateng. Acara kian semarak karena Kominfo juga menyiapkan hadiah vocher senilai
Rp 100 ribu bagi peserta yang mengirimkan pertanyaan terbaiknya.
Acara yang dipandu Ayu Perwari, seorang enterpreuner muda itu diakhiri
dengan tanya jawab dan diskusi bersama key opinion leader, Shafa Lubis, seorang
influencer muda yang sedang naik daun
7.
Webinar tanggal 10
Agust 2021 tentang melawan ujaran kebencian dalam dunia maya
Pandemi Covid-19
yang berlangsung hampir dua tahun telah membuat sejumlah masyarakat
beraktivitas menggunakan media digital. Hal ini menyebabkan kekhawatiran
tersendiri bagi sejumlah pihak terutama bagi orang tua terhadap anak mereka.
Utamanya munculnya ujaran kebencian yang menyasar kalangan sesama penguna dunia
digital.Topik inilah yang menjadi pembahasan acara webinar literasi digital
yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap pada 10 Agustus 2021.
Imam Wahyudi, Direktur PT Content Creative Indonesia,
mengatakan masyarakat Indonesia harus menyetop melakukan ujaran kebencian yang
ada di dunia digital. Jika merujuk pada data yang ada Indonesia sendiri
mempunyai presentase sebagai netizen paling tidak sopan. Dikabarkan oleh Imam
Wahyudi secara presentase terdapat 47 persen hoaks dan penipuan, 27 persen
ujaran kebencian dan 17 persen diskriminasi.
Dalam mencegah itu semua menurutnya netizen Indonesia
harus serta merta menggunakan bahasa yang sopan. Dan selalu ingat bahwa apa
yang kita posting di media digital akan meninggalkan jejak digital dan bisa
dilacak. Penggunaan emoticon juga seharusnya digunakan.
"Hindari menulis dengan menggunakan huruf kapital di
seluruh tulisan. Jangan asal berkomentar. Sebelum berkomentar, pelajari dulu
konteks dan suasana diskusi serta materi yang hendak dikomentari. Hindari
dorongan untuk menyerang pribadi. Jika ingin mengritik atau memberi saran,
pertimbangkan untuk menyampaikannya secara pesan pribadi, " lanjutnya.
H. Juair, Kasi Kurikulum dan Kesiswaan Kanwil Kemenag
Prov Jawa Tengah mengatakan untuk meminimalisir ketidaksopanan dalam bermedia
digital, dirinya menyarankan masyarakat harus menggunakan netiket. Netiket
sendiri dalam pengertiannya yakni tata krama dalam menggunakan internet,
beriteraksi dengan orang lain sebagaimana di dunia nyata.
"Meskipun kita manusia di dunia digital seharusnya
kita juga ikut aturan seperti di dunia nyata. Karena penggunaan internet datang
dari beragam negara, yang memiliki perbedaan bahasa, adat serta budaya,"
Ujarnya.
Tabayyun baginya juga penting di lakukan. Yakni terhadap
konten informasi yang berasal dari media sosial yang memiliki kemungkinan benar
dan salah, konten informasi yang baik belum tentu benar, konten informasi yang
benar belum tentu bermanfaat, konten informasi yang bermanfaat belum tentu
cocok disampaikan ke ranah publik. Dan tidak semua konten informasi yang benar
itu boleh dan pantas disebar ke ranah publik.
"Cara praktisnya seperti yang ada di Facebook,
gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoaks sebagai hatespeech,
harassment, rude, threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak
aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut."
Tutupnya.
Acara dengan moderator Bunga Cinka (Tv Journalist),
Ardiansyah (IT consultant), Makmur Khairudin (Plt. kasi penampilan kantor
kementrian agama Islam kab cilacap), dan sebagai key opinion leader Dimas Sakti
Nugroho (Enterpreneur).
8.
Webinar tanggal 12
agustus 2021 tentang dalami agama di dunia maya
Dalami agama di dunia maya untuk Melawan Konten Negatif
adalah salah satu cara agar kita terhindar dari penyalahgunaan media digital,
demikian penjelasan Ardiyansyah dalam webinar Kominfo yang bertajuk Dalami agama
di dunia maya di kabupaten Cilacap, 12 Agustus 2021.
Dia mengatakan Pentingnya Dakwah Digital Melalui
Internet, Potensi besarnya pengguna internet di Indonesia. Pertama, besarnya
jumlah pengguna media sosial di Indonesia. kedua semakin meningkatnya berbagai
kejahatan
siber dan ragam jenisnya. Ketiga Semakin meningkatnya
kasus konten negative di internet. Keempat Pentingnya Dakwah Digital Melalui
Internet Semakin meningkatnya resiko keamanan dan tindak asusila melalui
internet.
” Diharapkan mampu memenuhi kebutuhan wawasan keagamaan
yang benar dan kuat bagi masyarakat umum, khususnya bagi masyarakat pengguna
perangkat digital,” katanya.
Sementara itu Daru Wibowo mengatakan pentingnya mendalami
nilai agama melalui media online.
” Kita harus mengetahui asal muasal narasumber dan media
online yang kita baca sehingga tidak menjadi penjelasan yang sesat nantinya,”
katanya.
Webinar ini berlangsung selama 3 jam. Digagas oleh
Kominfo RI dengan menghadirkan sejumlah pembicara handal. Masing-masing pembicara
memaparkan materinya selama 25 menit. Hadir pula Slamet Budiyono, Kepala MAN 1
Surakarta dan Shofi yang memaparkan materinya seputar etika dan budaya digital.
Kepada peserta webinar Slamet Budiyono mengajak untuk
menggunakan media sosial secara arif dan bijaksana. Karena, kata dia, media
sosial itu ibarat dua sisi mata pisau. Bisa digunakan untuk mendatangkan
kebaikan. Tapi, media sosial juga dapat membuat banyak keburukan.
“Jika dipakai untuk belajar, menambah teman dan membuat
konten edukasi, tentu saja media sosial menjadi alat yang baik dan bagus untuk
mengembangkan produktifitas. Tapi, bagaimana bila media sosial dijadikan ajang
untuk mencaci maki, mencela orang, tentu ini outpunya jadi tidak
baik,”jelasnya.
Webinar semakin semarak dengan kehadiran Bella Nabila,
seorang produser TV yang diundang Kominfo secara khusus untuk berbagi
pengalaman di media digital. Para peserta tampak antusias mengikuti acara
dengan mengirimkan pertanyaan di kolom chat box. Acara lalu diakhiri dengan
tanya jawab dan foto bersama.
9.
Webinar tanggal 26
agus 2021 tentang menjadi masyarakat pancasila di era digital
Memasuki era globalisasi, Pancasila sebagai ideologi
berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan dalam penerapan di keseharian
masyarakat. Masuknya ideologi alternatif melalui internet ke dalam sendi-sendi
kehidupan masyarakat di Indonesia tak terbendung.
“Di era digital ini penerapan Pancasila sebagai ideologi
berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan dengan munculnya budaya asing yang
menggeser budaya leluhur,” kata CEO Media Kupas Tuntas Grup, Donald Harris
Sihotang dalam Webinar Literasi Digital bertema Pemanfaatan Internet Sebagai
Sarana Edukasi Guna Memperkuat Pancasila, (26/8/2022).
Menurut Donald, sejatinya Pancasila merupakan ideologi
terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan
hidup bangsa. Namun, diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru.
“Maraknya penyebaran hoaks dan informasi yang memecah
belah bangsa dan negara, dimana hal itu melanggar nilai yang terkandung dalam
sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia,” imbuhnya memberi contoh.
Ditambahkan pula, terjadi pula kemerosotan nilai-nilai
moral yang mengancam eksistensi nilai-nilai luhur bangsa. Selain itu,
terkikisnya rasa empati dan peduli terhadap sesama.
Adapun strategi untuk menguatkan rasa nasionalisme dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, menurut Donald, dapat dilakukan melalui
pendidikan formal, memberikan pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai
pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan menguatkan rasa nasionalisme melalui
pendekatan budaya populer semisal musik, film dan olahraga.
“Pancasila tidak hanya menghafalkan butir-butir dari
kelima sila, melainkan memahami arti dari setiap sila dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat,” tegas Donald.
Sementara itu Dosen Komunikasi Universitas Mercu Buana,
Dudi Iman Hartono mengatakan pengamalan Pancasila melalui P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) melalui pendidikan formal kepada generasi
Baby Boomer atau generasi X, saat ini sudah tidak bisa dilakukan terhadap
generasi Z.
“Anak-anak muda atau generasi Z tidak suka membaca.
Mereka lebih menyukai visual daripada teks yang naratif. Generasi Z lebih
membutuhkan contoh atau teladan dari generasi sebelumnya, yaitu generasi Baby
Boomer atau generasi X,” kata Dudi yang juga jurnalis senior itu.
Perkembangan media digital di era internet menuntut media
mengedepankan kecepatan dalam menyampaikan informasi kepada publik. Era media
daring menjadi contoh konkret dimana terjadi praktik mengedepankan kecepatan
dalam menyampaikan informasi kepada publik daripada media cetak atau TV dan
radio.
“Namun kecepatan dalam konteks berita seringkali membuat
awak media maupun masyarakat lupa harus melakukan verifikasi. Di sinilah hoaks
bermunculan. Sebab itu, saring informasi yang masuk sebelum di-sharing,” ujar
Dudi.
Senada dengan Dudi, presenter Zahra Salimah mengatakan
perlu terobosan dalam menanamkan Pancasila sebagai ideologi kepada generasi
muda di tengah perkembangan internet dan kemajuan teknologi.
Zahra memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai
Pancasila di era globalisasi. Salah satunya memanfaatkan kemajuan teknologi
yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat. Selain itu, membumikan
nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan pembelajaran berkesinambungan yang
berkelanjutan di semua lini dan wilayah.
“Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan menekankan
pada teori dan praktek. Implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah
terlihat dalam praktek berbangsa dan bernegara jika Pancasila menjadi rujukan,”
katanya.
Lebih lanjut Zahra menambahkan, menanamkan kesadaran
terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak ideologi
Pancasila sangat penting.
“Untuk itu kita wajib memanfaatkan kemajuan internet
dengan tepat guna dalam upaya mempertahankan identitas bangsa serta
meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa,” tuturnya.
10.
Webinar tanggal 21
sep 2021 tentang adaptas 4 pilar literasi digital untuk siswa
Selama pandemi Covid-19 transformasi digital berlangsung
lebih cepat. Empat pilar literasi bantu tingkatkan pemahaman masyarakat di
ruang digital untuk mendukung transformasi digital tersebut.
“Literasi digital mampu mengatasi masalah yang timbul
karena tidak memahami apa itu ruang digital dan bagaimana beraktivitas di ruang
ini, ” ujar Dirjen Aptika, Semuel A. Pangerapan dalam Siberkreasi Hangout
Online “Dampak Teknologi terhadap Perkembangan Otak pada Anak” di kanal Youtube
Siberkreasi, Sabtu (16/01/2021).
Ia menjelaskan bahwa ada empat pilar literasi yang
penting untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman mengenai perangkat teknologi
informasi dan komunikasi, yaitu digital skill, digital culture, digital ethics,
dan digital safety.
“Digital skill berkaitan dengan kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Selanjutnya ada digital culture merupakan bentuk
aktivitas masyarakat di ruang digital dengan tetap memiliki wawasan kebangsaan,
nilai-nilai Pancasila, dan kebhinekaan.
“Dasarnya adalah banyak masyarakat yang merasa ruang
digital tidak ada aturannya, berbeda ketika di ruang fisik yang memiliki tata
krama. Kita ingin tumbuhkan kembali bahwa ruang digital dan fisik tidak
berbeda,” tambahnya.
Sementara itu, digital ethics adalah kemampuan menyadari
mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengenai digital safety, Semuel menyebutnya sebagai
kemampuan masyarakat untuk mengenali, menerapkan, meningkatkan kesadaran
perlindungan data pribadi dan keamanan digital.
“Empat hal ini tertuang dalam Roadmap Literasi Digital
2021-2024 yang sedang disusun oleh Kementerian Kominfo,” ungkap Semuel.
Kerangka Literasi Digital.
Saat ini, Kementerian Kominfo melalui Ditjen Aptika
sedang melakukan kerjasama dengan 108 stakeholders untuk memberikan literasi
digital di 514 Kabupaten/Kota.
Literasi digital memiliki beberapa program yang bisa
diikuti seluruh masyarakat Indonesia, seperti Siberkreasi Cakap Digital dan
Siberkreasi Berdaya Kelas Inklusif untuk masyarakat di daerah tertinggal,
terdepan dan terluar (3T), difabel, dan lansia. Kemudian, kegiatan literasi
digital juga tetap mengadakan kelas-kelas yang bisa diikuti dan disaksikan
secara daring di kanal Youtube dan sosial media Siberkerasi.
Rancangan Penyusunan Program Literasi Digital 2021-2024.
“Literasi digital ini adalah suatu gerakan yang tidak
bisa dikerjakan oleh satu institusi, semuanya harus terlibat. Karena dalam
transformasi digital semua orang harus dibekali dan mampu bertransformasi
sehingga tidak ada yang tertinggal” tutup Semuel.
Sementara itu, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Sri
Wahyuningsih juga mengatakan literasi digital harus terus menerus digaungkan,
termasuk kepada anak usia sekolah, guru, hingga orang tua.
Ia mengungkapkan, teknologi saat ini sangat membantu
proses belajar di situasi pandemi. “Kami mengimbau kepada para orang tua agar
dapat mendampingi pemilihan konten dan memberikan pemahaman etika yang baik
dalam mengakses pembelajaran secara lebih intensif,” katanya.
Sri mengatakan anak-anak lebih adaptif dan dampak
teknologi tidak sederhana, sehingga guru dan orang tua harus bisa menjelaskan
cara mengakses ruang digital yang baik. “Hal ini dipersiapkan agar anak-anak
kita bisa menjadi SDM yang unggul nantinya,” tutupnya
11.
Webinar tanggal 28
agus 2021 tentang bermedia digital sing apik
Isu mengenai literasi digital masih ramai diberitakan
media. Media mengangkat pernyataan Digital Marketing Expert, Andri Hadi
Prasetia Utama bahwa banyak milenial dan influencer yang gemar membuat akun
YouTube dan TikTok.
“Sebagai milenial yang cakap digital, kita bisa
mengeksplorasi inovasi atau kemampuan diri dalam bermedia digital,” ujar
dikutip dari Beritasatu.com, Senin (04/07/2022).
Melalui media digital setiap orang diberikan keleluasaan
dan kebebasan dalam mengakses informasi, komunikasi, dan bertransaksi.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK
tersebut, Kemkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD)
Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap
Digital.
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi
digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan
Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat
literasi digital pada tahun 2024
Pemprov Jateng menggelar webinar Gerakan Nasional
Literasi Digital mengusung tema Bermedia Sosial Sing Apik pada Sabtu
(28/8/2021) sore. Webinar yang diikuti lebih dari 35.700 peserta itu
menghadirkan Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan
Menteri Komunikasi dan Informatika,Johnny Gerard Plate sebagai pembuka acara.
Lalu, diskusi yang dimoderatori oleh Shafinaz Nachiar itu
menghadirkan dua pembicara yakni konsultan sosial media, Wicaksono alias Ndoro
Kakung dan Dosen Fisip Undip, Lintang Ratni Rahmiaji. Di akhir acara, pemerhati
budaya Jawa Tengah, Endah Laras, turut memberikan tanggapannya terkait bijak
dalam bermedia sosial.
Presiden Jokowi dalam sambutannya menyebut pandemi
membuka kesempatan untuk bertransformasi menuju era digital secara
besar-besaran. Infrastruktur digital dan ekonomi digital dibangun dengan cepat.
Masyarakat turut disiapkan pula menghadapi era digital.
“Saat jaringan
internet telah tersedia, harus diikuti kesiapan pengguna internet. Agar
internet dapat dimanfaatkan dengan positif,” papar Jokowi.
Ia menambahkan konten negatif, hoaks, perundungan siber,
hingga radikalisme berbasis siber perlu diwaspadai. Kewajiban seluruh elemen
yakni menekan seluruh dampak negatif itu. Internet harus mampu meningkatkan
produktivitas masyarakat.
“Saya harapkan kegiatan seperti ini dapat terus bergulir.
Mendorong pihak lain melakukan hal sama agar internet berisi hal-hal positif,”
papar Presiden.
Sementara itu, Menkominfo, Johnny G Plate, mengatakan
pembatasan sosial dan fisik mendorong masyarakat berinteraksi di ranah digital.
Saat ini ada 200 juta warganet yang berinteraksi.
“Ada sisi positif
dan negatif dalam ruang digital. Seiring dengan kemudahan juga ada sisi gelap
seperti penyebaran hoaks. Literasi digital bukan hanya kebutuhan tapi
keharusan,” papar dia.
Ia menambahkan program literasi digital Indonesia makin
cakap digital telah menyasar 514 kabupaten di Indonesia.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, mengatakan semakin hari
pengguna internet di Indonesia semakin bertumbuh. Saat ini di Jawa Tengah ada
26,5 juta pengguna internet. Dari sekian banyak pengguna, ia menyoroti
peredaran hoaks yang bahkan beberapa kali menyerang dia.
Ia membagikan tips melawan hoaks yakni teliti informasi,
perbanyak literasi, produksi konten positif, dan jika menerima hoaks jangan
dibagikan kembali.
“Contoh hoaks, saya pernah bilang pandemi di rumah saja
malah diganti pandemi gowes saja. Saya di-bully ramai-ramai karena hoaks. Maka
literasi menjadi penting,” papar Ganjar.
Ia mengatakan masyarakat dapat melaporkan hoaks ke
beberapa platform seperti Mafindo, Patroli Siber, Lapor Gub, dan Aduan Konten.
Ganjar menambahkan, Pemprov Jateng terus berupaya
membasmi hoaks dengan berbagai cara seperti saberhoaks melalui website resmi
Pemprov Jateng. Lalu, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk menciptakan
konten-konten positif dan sosialisasi ke masyarakat untuk menggunakan internet
secara positif di pedesaan melalui media tradisional.
Lintang Ratni Rahmiaji yang juga tim Litbang Mafindo dan
anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) mengatakan netizen
Indonesia berada di urutan pertama kasus siber bullying terbesar di dunia
berdasarkan penelitian G2G. Lalu dalam survei Microsoft 2020 di 32 negara
menyimpulkan netizen Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.
“Sekarang 2021 ada 170 juta penduduk Indonesia menjadi
pengguna aktif media sosial. Kalau kata Dewan Pers ada 1.644 media di
Indonesia, tapi kurang banyak dibandingkan dengan pengguna media sosial di
Indonesia,” papar dia.
Jika dari jumlah pengguna media sosial di Indonesia dapat
memproduksi konten positif, maka seluruh masyarakat Indonesia akan memperoleh
hal baik pula. Sebaliknya, jika konten negatif yang tersebar netizen Indonesia
berada di urutan pertama dalam hal negatif.
“Sudahkan berbicara baik di media sosial? Konon posting
apa saja dihujat, netizen bahkan mendoakan yang tidak baik,” papar dia.
Lintang menambahkan, ruang digital membebaskan siapa saja
untuk berbicara. Namun, tentunya ada batas-batas yang mengatur seperti UU ITE.
Secara sedeharna, kritik tetap diperbolehkan namun hatespeech tidak. Gunakan
etika komunikasi antarpersona secara tatap muka maupun lewat media.
Lalu, jika ingin mengkritik pastikan berbasis data dan
bukti. Kritik juga harus fokus pada substansi bukan menyerang pribadi atau
golongan. Kritik juga harus menyertakan solusi dan jangan terjebak arus
mainstream.
Sementara itu, Wicaksono, menyoroti tentang Tetap
Produktif di Masa Pandemi berkaitan dengan kecakapan digital. Mantan jurnalis
itu menyebutkan pandemi bisa membangkitkan sebagaian orang untuk memperoleh
penghasilan tambahan. Beberapa kasus, ada seorang pemuda yang berhasil
memperoleh uang puluhan juta lewat bercocok tanam dan pemasarannya lewat media
sosial.
“Ada dua hal saat pandemi, dunia luring dan daring.
Keduanya harus dilakukan bersamaan. Kalau hanya webinar terus pasti bosan,
harus diimbangi kegiatan nyata,” papar dia.
12. Webinar
tanggal 6 agus 2021 tentang dampak positif bermedia sosial
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar dengan tema
“Dampak Positif Bermedia Sosial di Era 4.0” di Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Rabu (11/08/2021) pukul 10.00 Wita.
Acara dibuka oleh Bupati Hulu Sungai Tengah, H Aulia Oktafiandi dan
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan B Sc ini
menampilkan sejumlah pembicara kompeten.
Dalam diskusi ini dipandu oleh moderator Reza Rahman yang
menghadirkan narasumber Narasumber pertama yakni, Risda Citra Yogyanita dengan
materi tentang “Budaya Digital : Marketing dan Business Development.”.
Ia memaparkan, “Teknologi hanya sebuah alat saja, Seiring
perkembangan waktu penggunaan perangkat digital oleh manusia mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal ini merupakan imbas dari kemajuan teknologi
yang membuat segalanya mudah diakses dan didapatkan. Di masa pandemi opsi berdonasi
digital menjadi pilihan masyarakat untuk bisa tetap membantu sesama secara
cepat, aman dan tanpa kontak,” pungkasnya
Narasumber kedua, Ahmad Hakim yang membahas materi
tentang “Keamanan Digital”.
“Hati-hati memilih teman di media sosial. Menggunakan internet
secara bijak dan sesuai dengan etika yang sesuai dengan norma yang berlaku,
tanpa membahayakan diri sendiri maupun orang lain, menjaga privasi dan
informasi pribadi, selalu merubah atau membuat kata sandi (password) yang
bervariatif agar aman dan meminimalisasi dari pembajakan akun, kita juga bisa
mengaktifkan two-factor authentication atau biasa juga di sebut keamanan dua
langkah seperti yang sekarang sudah tersedia di Whatsapp dll,” jelasnya
“Gunakan VPN berbayar agar data kita hanya terdeteksi sebagai
anonym atau tanpa nama, akan membuat kita merasa aman dan nyaman dalam
mengakses informasi di dunia digital serta gunakan bahasa yang baik posting
hal-hal yang baik guna menghindari dari tindakan cyberbullying,” tegasnya
Narasumber ketiga yaitu Indira Salsabilla yang sekaligus
Key Opinion Leader dalam acara ini menjelaskan materi tentang “Etika Digital”
“Kekerasan online adalah memanipulasi konten dan membuat
akun palsu, melihat kemajuan teknologi sekarang ini dimana semua mengarah ke
digitalisasi menimbulkan efek positif dan negative apalagi di dalam media
sosial khusus nya, terkait hal itu dalam penyampaian nya dalam bermedia sosial
ada berupa rambu-rambu berbahasa yang tentunya akan disampaikan,” tuturnya
“Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah seperti lawan
komunikasi, kondisi penyampaian, berbahasa santun sehingga pesan positif dapat
tersampaikan dengan baik ke khalayak ramai, menghindari penyampaian bahasa yang
terlalu propokatif, kasar, mengandung unsur sara, Hoax dsb, sehingga kita bisa
berekspresi dengan bebas namun mengetahui batasan-batasan dengan berbahasa yang
santun agar menjadi netizen yang cerdas,” pungkasnya.
Terakhir narasumber Agus Wiranda yang menyampaikan materi
tentang “Kecakapan Digital”
“Banyak orang Indonesia berharap pendidikan akan membaik
dengan sendirinya padahal tidak begitu. Jadikan media sosial sebagai penangkal
radikalisme merealisasikan doktrin dan strategi dengan cara mengasah potensi
dengan cara mendapat ilmu, mengenali peta yang akan disampaikan, serta mengerti
dan memahami kekuatan maupun kelemahan yang akan kita sampaikan dengan
mempelajari berbagai penelitian,” pungkasnya
Media sosial merupakan platform digital paling banyak
digemari masyarakat digital Indonesia. Tidak hanya sebagai media hiburan, media
sosial dapat memberikan manfaat lebih jika bijak dalam menggunakannya. Hal ini
dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan tema “Dampak
Positif Bermedia Sosial”, Rabu (17/11/2021).
Diskusi virtual dipandu oleh Oony Wahyudi (penyanyi) dan
diisi oleh empat narasumber: Muhammad Mustafid (Sekretaris Nur Iman Foundation
Mlangi Yogyakarta), Wahyuni Herawati (Guru MA Nur Iman), Alviko Ibnugroho
(Motivator Keuangan), Muhammad Arwani (Dosen Universitas Cokroaminoto
Yogyakarta). Serta Anda Denayu (content creator) sebagai key opinion leader.
Masing-masing narasumber mengupas tema diskusi dari sudut pandang empat pilar
literasi digital yaitu digital skill, digital ethic, digital safety, digital
culture.
Muhammad Mustafid (Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi
Yogyakarta) menyampaikan bahwa dampak kemajuan teknologi dan transformasi
menggeser aktivitas secara konvensional dilakukan dengan cara digital dan
virtual. Media sosial sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi yang paling
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan komunikasi, berjejaring, belajar,
meningkatkan kreatifitas, dan mendorong digital economy.
Akan tetapi, kata
Mustafid, kemudahan yang didapatkan tersebut juga sepadan dengan potensi risiko
keamanan dan implikasi negatif. Pengguna perlu melakukan mitigasi dari dampak
buruk media digital serta mereduksi
sampah digital. Salah satunya dengan memperkuat kecakapan literasi digital dan
memahami konsep aman bermedia sosial.
“Kemampuan aman bermedia digital pada intinya adalah
mampu menciptakan keamanan dan rasa nyaman dalam beraktivitas di ruang digital
dengan mematuhi etika dan hukum. Dalam aspek keamanan digital, aset digital
yang harus dilindungi adalah gawai beserta piranti lunak serta data yang ada di
dalamnya,” ujar Mustafid.
Memproteksi perangkat digital baik dari sisi hardware-software
serta melindungi identitas digital yang sifatnya pribadi dengan membuat
password yang kuat, membedakan email untuk akun bisnis dan pribadi, serta yang
paling penting adalah memiliki kesadaran untuk tidak membagikan data sensitif
di ruang publik.
“Kebocoran data dapat mengarahkan orang untuk melakukan
tindak kejahatan. oleh sebab itu tingkat kesadaran untuk aman bermedia digital
itu kuncinya adalah critical thinking sebelum memutuskan untuk mengunggah
informasi, komentar, dan konten lainnya. Rekam jejak digital pengguna merupakan
sasaran empuk oknum pelaku kejahatan, sehingga menumbuhkan kesadaran ini juga
harus diajarkan kepada anak-anak,” imbuhnya.
Disisi lain
Wahyuni Herawati (Guru MA Nur Iman) menambahkan bahwa kecakapan digital
masyarakat Indonesia masih tergolong rendah sehingga menjadi pekerjaan rumah
bagi semuanya untuk meningkatkan kecakapan bermedia. Kecakapan digital tidak
hanya sekedar mampu menggunakan perangkat TIK tetapi juga bagaimana
menggunakannya untuk hal bermanfaat.
Cakupan kecakapan digital dasar yang harus dimiliki
meliputi kemampuan untuk mengetahui dan memahami perangkat digital dan lanskap
digital, mesin telusur, aplikasi percakapan dan media sosial, serta mengetahui
dan memahami aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi daring.
“Dampak positif yang bisa kita ambil dan manfaatkan dari
penggunaan media sosial di antaranya adalah untuk menjalin komunikasi dan
interaksi secara lebih luas, memudahkan mencari informasi, medsos sebagai
sarana berbisnis dan berjejaring. Dalam konteks pendidikan medsos juga menjadi
sarana pembelajaran daring, meningkatkan kreatifitas, serta merupakan sarana
hiburan,” jelasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar