Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 4

 Kegundahan Pangeran Saleem (Part 2)

 

Seperti orang kelelahan dan tidak tidur bermalam-malam, Pangeran Saleem pun langsung terlelap beberapa saat setelah naik ke ranjangnya.

Seekor kucing tengadah di atap istana. Langit penuh bintang malam itu. Bulan bersinar terang. Lalu dengan langkah anggun kucing itu berjalan dan menerobos jendela kamar Pangeran Saleem selalu tidak dikunci itu. Kucing itu mengelus-elus kaki Pangeran Saleem dengan ekornya panjang dan lembut. Beberapa saat kemudian, kucing itu mencakar pelan telapak kaki Pangeran Saleem. Pangeran Saleem pun terbangun dan melihat seorang kakek duduk di sisi ranjangnya. 

Pangeran Saleem kaget, namun tidak terlintas takut sedikit pun di hatinya. Wajah Kakek itu lembut, menyejukkan dan berkharisma.

“Siapa gerangan engkau, wahai kakek? Bagaimana engkau bisa masuk ke kamarku?” tanya Pangeran Saleem.

Kakek itu tersenyum. “Jangan bertanya. Dan tak perlu Pangeran tahu siapa aku,” ujar Kakek.

“Jadi apa yang membuat engkau menemuiku?”

“Kegelisahanmu, keinginanmu. Itulah yang membawa aku menemuimu, Pangeran.”

Pangeran Saleem terdiam.

Kakek kembali berkata,”Dengarlah, Pangeran. Jika memang keinginanmu kuat menemukan Hasna dan Husna, pergilah ke pantai di dekat rumah Paman Al Jabbar dekat Istana Laknati.  Di depan rumah Paman Al Jabbar itu ada pohon Kelapa Gading.  Di sana sering turun para putri kayangan berwujud burung Hantu.... Pergilah, mintalah agar kau bisa dipertemukan dengan Husna dan Hasna....”

Sedetik kemudian, Kakek menghilang.

Pangeran Saleem terbangun. Tak ada Kakek. Tak ada lagi kucing. Pangeran Saleem sadar bahwa dia telah bermimpi.  Mimpi itu serasa begitu nyata. Pangeran Saleem yakin mimpi itu memberikan pesan untuknya. Pesan yang harus dijalaninya jika dia memang ingin bertemu Husna dan Hasna.

Keesokan harinya, Pangeran Saleem menghadap Ayah dan Bunda. Dia menceritakan mimpi itu. Sama seperti pendapat Pangeran Saleem, Ayahanda Raja Eric dan Ibunda Permaisuri juga menilai mimpi itu adalah sebuah pesan.

“Jika memang kau ingin menemukan Husna dan Hasna, ikutilah pesan itu,” ucap Ayahanda Raja.

Setelah mendapat restu, Pangeran Saleem pun pergi menuju rumah Paman Al Jabbar yang ada di antara hutan dan pinggiran pantai, bersebelahan dengan Istana Laknati. Tidak lupa membawa sangkar untuk tempat burung yang akan ditemuinya.

Bukanlah hal sulit menemukan rumah yang di depannya ada pohon Kelapa Gading itu. Tanpa memakan banyak waktu, dia menemukan tempat yang dikatakan Kakek. Pangeran Saleem berhenti di dekat pohon Kelapa Gading yang tumbuh di depan sebuah rumah di pinggir pantai.

Pangeran Saleem memandang sekeliling. Dia berpikir, burung Hantu itu tidak akan mau turun jika melihatnya. Dia harus mencari tempat persembunyian. Tentu saja persembunyian itu tidak boleh jauh dari pohon Kelapa Gading. Tetapi di mana?  Tak ada tempat tertutup di sini.

Sebuah ide menerangi pikirannya. Pangeran Saleem pun membuat sebuah tempat persembunyian dari pasir. Dengan sepenuh hati Pangeran Saleem mulai menimbun badan sendiri dengan pasir dan dibantu Habeel menutupi wajahnya dengan tempurung kelapa. Habeel berlalu setelah membantu. Pangeran Saleem berdiam dalam penantian. Sabar dan sabar. 

Setelah hampir tertidur, yang dinanti pun tiba. Sekumpulan burung Hantu yang bertubuh dan bersayap indah tampak melayang di langit. Burung-burung mengitari pohon Kelapa Gading. Kepala burung-burung yang indah bergerak menoleh ke berbagai arah membuat pemandangan menjadi indah dan lucu.

Pangeran Saleem mengatur nafas. Pangeran tidak ingin burung-burung itu mengetahui keberadaannya di pantai ini. Burung-burung menjejakkan kakinya ke pohon Kelapa Gading. Terbang dari satu dahan ke dahan lain. Dari balik tempurung kelapa, Pangeran Saleem menghitung jumlah burung Hantu itu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar