Ada apa denganmu Kak?
Hal lain yang menyebalkan, Style berpakaian Kakak Rayhan jadi aneh.
Sering juga mama menegurnya. "Style berpakaianmu kok sekarang
beda, Ray?’
"Beda gimana sih, Ma? Biasa saja lah Ma, lagi pingin ada
pergantian model aja, bosen kan yang begitu, kayak terlalu gaul"
"Ya, tidak semodis dahulu. tidak sedandy dulu.”
Kakak Rayhan cuma senyum-senyum aja. "Suka begini, Ma. Bersih,
rapi walau sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."
Ya, dalam penglihatanku Kakak Rayhan jadi lebih kuna dengan kemeja
lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya.
"Untung saja masih lebih ganteng."
Kakak Rayhan cuma tertawa aja. Mengacak-acak rambutku seperti biasa
dan berlalu ke kamar.
Jadi Speechless sendiri kan?
Kakak Rayhan lebih pendiam? Itu perubahan lain yang juga sangat
kurasakan. Sekarang Kakak Rayhan tidak sekocak seperti dahulu, yang suka
menjahili dan menggodaku. Teman-temanku kadang jadi suka bertanya-tanya. Aneh
aja, biasanya terdengar teriakanku saat dijahili kak Rayhan, dilanjutkan suara
ketawanya yang agak heboh begitu, kini sepi dan lempeng-lempeng aja.
Dan... yang paling gawat bin ajaib sih menurutku, Kakak Rayhan sudah
tidak mau jabat tangan sama perempuan!! It’s very dangerous kan?
Kupikir apa sih maunya Kakak? Sok jaim banget kan? Aku nggak suka banget sama
yang ini, aku beri bold ya *Tidak Suka*
"Kakakaaak Rayhaaan!!” teriakku mengajak perang sama Kak Rayhanku yang
makin keterlaluan ini menurutku kala itu.
“Ada apa sih? Heboh banget nih adik kesayangan kakak.”
“Sok ganteng banget sih kamu Kak? Masak tidak mau salaman sama Salma? Dia
tuh perempuan paling beken di Sanggar dance Asma tahu?" tegurku suatu
hari.
"Asma, adik tersayang kakak, karena Kakak menghargai Salma makanya
Kakak begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar. " Asma
lihat khan orang Sunda salaman? Santun seperti ini, walau tidak sentuhan. Itu
yang lebih benar!" ujar Kak Rayhanku sambil mempraktikan gaya orang sunda
bersalaman.
“Itu kan disana kak? Lagian kakak bukan orang sunda juga kan?” gerutuku
sambil memasang muka mode cemberut.
Huh menyebalkan. tidak mau salaman. Ngomong nunduk-nunduk melulu, kaya orang
cari receh yang jatuh, sekarang bawa-bawa orang sunda. Apa hubungannya?
Kakak Rayhan cuma tertawa aja. Mengacak-acak rambutku seperti biasa dan
berlalu ke kamar, sambil berkata, “Sebentar ya, kuambilkan sesuatu untukmu.”
Tak berapa lama Kak Rayhan keluar dari kamarnya, merangkulku sambil berkata,
“Adik tersayang kakak, coba baca tulisan ini, biar makin shalihah, makin kece
deh.”
Kubaca keras-keras, sebuah tulisan yang didekatkan kakak Rayhan ke muka.
"Dari shahabiah ‘Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah. Rasulullah
saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya, ini
karya Hadits Bukhari Muslim!"
Si Kakak tersenyum.
“Tetapi kiai Sapin mau salaman sama mama. Haji otong, Haji Kasmin, ustaz
Ahmad, biasa aja tuh mereka, kalau diajak salim mau loh mereka" kataku
mengajak debat kak Ray.
"Bukankah Rasulullah itu adalah uswatun hasanah? Teladan terbaik?"
kata Kakak Rayhan sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengerti ya, Adik
kakak tersayang!?"
"Bukankah Rasulullah itu adalah uswatun
hasanah? Teladan terbaik?" kata Kakak Rayhan sambil mengusap kepalaku.
"Coba untuk mengerti ya? Adik kakak tersayang."
Adik kakak tersayang? Coba untuk mengerti? Huh
menyebalkan! Dan seperti biasa Asma meluncur pergi dari kamar Kakak Rayhan
dengan jengkel. Menurutku Kakak Rayhan terlalu fanatik! Asma jadi khawatir. Apa
dia lagi nuntut ‘ilmu putih’? Ah big no banget kan? Asma juga takut kalau dia
terbawa oleh orang-orang sok agamais tetapi ngawur. Namun..., akhirnya Asma tidak
berani menduga demikian. Kakakku itu orangnya cerdas sekali! genius malah!
Umurnya baru dua puluh satu tahun tetapi sudah tingkat enam di UNJ! Dan yakin
mata batinnya jernih dan tajam. Hanya..., yaaa akhir-akhir ini dia berubah. Itu
saja.
***
"Mau ke mana, Asma, adik kesayangan kakak."
"Nonton sama teman-teman." Kataku
sambil mengenakan sepatu. "Habis Kakak Rayhan kalau diajak nonton sekarang
kebanyakan alasan sih!”
"Ikut kakak aja, yuk! Pasti Asma suka!"
"Ke mana? Ke tempat yang waktu itu lagi?
Ogah banget sih, Tidak mau! Asma kayak orang urakan di sana!"
Ingatanku melayang masih teringat dengan jelas.
Beberapa waktu yang lalu Kakak Rayhan pernah mengajakku ke rumah temannya. Ada
pengajian, temanya tentang “Muslim terbaik adalah terbaik akhlaknya.” Terus
pernah juga Asma diajak menghadiri tablig akbar di suatu tempat. Bayangkan,
berapa kali Asma dilihat sama perempuan-perempuan lain yang kebanyakan
berjilbab itu. Pasalnya, Asma ke sana memakai kemeja lengan pendek, jeans belel
dan ransel. Belum lagi rambut kriwil pendek yang tidak bisa Asma sembunyikan,
malu banget kan? Sebenarnya Kakak Rayhan menyuruhku memakai baju panjang dan
kerudung yang biasa mama pakai ngaji. Asma nolak sambil ngancam tidak mau ikut,
Kak Rayhan nggak cerita sama sekali mau ada acara begitu.
“Kak
Ray, kalau mau ngajak aku yang ikhlas, jangan nuntut aku suruh begini begitu,
biasa aja keles, Aku yang pakai baju, kenapa Kakak ngatur begini begitu sih,
males banget deh jadinya, ya sudah, aku nggak usah ikut aja deh kalau begitu”
ancamku, dengan suara merepet tak berkesudahan.
“Ya
sudah deh, yang penting sudah diingatkan loh ya,” kata Kakak Rayhan.
"Assalaamu’alaikum!" terdengar suara
beberapa lelaki, jadi seperti bersahutan.
“Wa’alaikumussalam warohmatulloh Naufal, Syam,
Maheer sini, masuklah,” jawab Kak Rayhan. Tidak lama kulihat Kakak Rayhan dan
teman-temannya di ruang tamu. Asma sudah hafal dengan teman-teman si Kakak ini.
Masuk, lewat, nunduk-nunduk, tidak melirik aku..., persis kelakuannya Kakak
Rayhan.
"Lewat aja nih, Kak? Asma tidak
dikenalkan?" tanyaku iseng.
“Emang aku manekin, enak aja, nggak tahu kan
disini ada cewek cakep, nunduk gitu sih,” gerutuku panjang pendek tak
berkesudahan.
Kakak Rayhan cuma tertawa aja. Mengacak-acak
rambutku seperti biasa dan berlalu ke kamar, mengambil beberapa buku permintaan
temannya itu.
Dahulu tidak ada deh teman Kakak Rayhan yang tidak
akrab denganku. Tetapi sekarang, Kakak Rayhan tidak memperkenalkan mereka
padaku. Padahal teman-temannya lumayan cakep!
Kakak Rayhan menempelkan telunjuknya di bibir.
"Ssssttt!"
Seperti biasa, Asma bisa menebak kegiatan
mereka. Pasti ngomongin soal-soal ke-Islaman, diskusi, belajar apa tuh, nahwu,
shorof, tajwid sama tahsin baca Al-quran atau membaca buku yang berbahasa Arab
terus diartikan, dibahas dan lain-lain sampai puyeng nih kepala menyebutkan
kegiatan mereka yang seabreg itu ..., yaaa begitu deh!!
-------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar