Selasa, 25 Oktober 2022

Puisi Apalah diriku tanpamu; Sang Perindu; Demi Kota mekah

 

Apalah diriku tanpamu

 

Terdengar gumaman, Man ana man ana, man ana laulaakum

Kaifa maa hubbukum kaifa maa ahwaakum

Dalam deraian air mata, aku berbisik, siapakah diriku

Siapakah diriku kalau tiada bimbinganmu, guru.

 

Bagaimana aku tidak cinta kepadamu

Bagaimana aku tidak menginginkan bersamamu

Tiada siapapun, Selain engkau dalam hatiku

Kalianlah, kalianlah dambaanku

 

Tiada seorangpun dalam cintaku

Selain engkau di sisiku

Siapakah diriku,

Siapakah diriku kalau tiada bimbinganmu, guru.

 

Bagaimana aku tidak cinta kepadamu

Bagaimana aku tidak menginginkan bersamamu

Siapakah diriku,

Siapakah diriku kalau tiada bimbinganmu

 

Setiap kali bertambah cinta

Bertambah pula rinduku padamu

Tertunduk aku karena ilmumu

Tawadhu mengharap ikhlasmu

 

Tingkahmu, cerminan dirimu

Kau bak oase di tengah gurun

Penyejuk kalbuku

Laku baikmu menjadi tiruku

 

Apalah diriku tanpamu

Do’akan aku

Agar bisa meniru laku muliamu

Kan kuukir budimu dalam kalbu

 

 

 (Cilacap, 13 Ramadhan 1443 H)

                   15 April 2022

 

Judul 2:

 

 

Sang Perindu

 

Rinduku padamu

Makin menggebu

Hatiku makin sebu

Kala mengingatmu

 

Demi buah Tin

buah zaitun

Bukit Sinai,

Dan habbas saud

 

Sang perindu

Bagaikan Laila majnun

Meniru semua tingkahmu

Berharap mendapat syafaátmu

 

(Cilacap, 13 Ramadhan 1443 H)

                   15 April 2022

Judul 3 :

 

 

 

Demi kota Mekah

Hanya dengan lafal kun fayakun

Tercipta manusia dengan paripurna.

Durhaka? Kembalikan dia ke neraka- Mu

 

Kerjakan amal salih?

Masuklah ke jannah

Namun, mengapa kau mendustakan hari berbangkit?

Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

 

 

(Cilacap, 13 Ramadhan 1443 H)

                   15 April 2022

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar