Selasa, 25 Oktober 2022

Misteri Hutan Geometri 5


Ada tujuh ekor. Pangeran Saleem merasa tidak perlu memilih mana yang harus ditangkap. Targetnya adalah burung yang terdekat dari persembunyian, yang akan ditangkapnya.

Yeay! Seekor burung hantu mendekati persembunyian Pangeran Saleem. Burung itu kebetulan adalah bungsu dari ketujuh burung Hantu itu.

Degup jantung Pangeran Saleem makin cepat. Namun Pangeran Saleem tetap berusaha tenang. Pangeran Saleem tidak mau gegabah. Burung itu rencananya akan ditangkap jika benar-benar dekat dan dapat dijangkau dengan mudah oleh tangannya.

Saudara Burung Sulung Hantu khawatir melihat adik bungsunya yang terpisah dari rombongan. Burung Sulung berseru memanggil adiknya. Sayang, Burung Hantu Bungsu tidak juga mendengarnya, malah makin asik melenggak-lenggok mendekati persembunyian Pangeran Saleem.

Masya Alloh Tanpa disangka-sangka, tangan Pangeran Saleem yang terkenal sebagai pemburu lihai itu sudah mencengkram kaki Hantu Bungsu.

Burung Hantu Bungsu menjerit, cengkraman tangan Pangeran Saleem kian kuat. Saudara-saudara Burung Hantu Bungsu tak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak berani melanggar aturan langit.

Akhirnya saudara-saudara Burung Hantu Bungsu terbang ke angkasa, kembali ke kayangan. Tinggallah Burung Hantu Bungsu di bumi. Tinggallah Burung Hantu Bungsu berkicau sedih dalam sangkar yang telah disiapkan Pangeran Saleem. Tinggallah Burung Hantu Bungsu yang tak berdaya dibawa Pangeran Saleem ke istana.

Sampai di istana, Pangeran Saleem memindahkan Burung Hantu Bungsu ke sangkar yang mewah dan besar. Pangeran Saleem tidak ingin jauh dari Burung itu. Ditempatkannya sangkar itu di dalam kamarnya. Pangeran Saleem ingin selalu melihat dan mendengar kicau Hantu Bungsu. Sebenarnya Raja dan Permaisuri kurang setuju burung Hantu itu ditempatkan di kamar Pangeran Saleem. Namun mereka tidak tega melawan keinginan anaknya. Apalagi Putri Yasmin yang seharusnya mendampingi sedang dipingit untuk persiapan sebagai Ratu.

Sudah dua hari Burung Hantu Bungsu berada di dalam sangkar mewahnya. Selama dua hari itu pula Burung bungsu bersedih. Makanan dan minuman yang disediakan Habeel  juga tidak disentuhnya. Kicaunya pun jadi terdengar sendu. Namun, sesendu apa pun kicaunya, Pangeran Saleem kian suka dan selalu terlena mendengarnya.

Dalam kicaunya, Burung Hantu Bungsu pun berdoa, meminta petunjuk pada Sang Pencipta. Setiap malam kicauan doa burung bungsu itu dipanjatkannya dengan penuh kesungguhan. Setiap mendengar kicauan doa itu, Pangeran Saleem terlena dan segera tertidur.

Pada suatu malam, terjadi keajaiban. Satu persatu bulu-bulu Burung Hantu Bungsu tanggal. Perlahan, burung bungsu itu menjelma menjadi seorang Putri yang cantik jelita. Setelah wujudnya sempurna, Putri tergerak begitu saja untuk keluar dari sangkar. Tidak terbersit keinginan Putri jelmaan Burung Hantu Bungsu itu melarikan diri dari istana Pangeran Saleem. Putri bungsu malah membereskan kamar Pangeran Saleem. Putri juga pergi ke dapur dan memasak masakan kesukaan Pangeran Saleem. Saat fajar merekah, masakan telah siap dan disajikannya di meja kamar Pangeran Saleem. Setelah itu, Putri kembali menjelma burung Hantu dan masuk ke sangkar mewahnya.

Matahari belum terbit saat Pangeran Saleem terbangun. Pangeran Saleem melihat makanan tersaji di meja kamarnya. Saat itu pula didengarnya kicau Hantu Bungsu. Kicau itu tak lagi bernada sedih, namun mengandung kebahagiaan. Seketika selera makan muncul. Setelah membasuh wajah, Pangeran Saleem pun menyantap hidangan tersebut. Lezat rasanya.

Setelah menyantap habis makanan itu, Pangeran Saleem ingat sesuatu. Tidak pernah Habeel  menghidangkan makanan sepagi ini, pikirnya. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Pangeran Saleem pun memanggil Habeel .

“Kakak Habeel, lezat sekali makanan yang Kakak sajikan ini,”  ucap Pangeran Saleem kepada Habeel .

Habeel  terkejut. Pangeran Saleem melihat piring dan gelas telah kosong. Nampak pula beberapa remah makanan di meja. Artinya, Pangeran Saleem baru saja makan. Tetapi siapa yang memasak dan menghidangkan makanan ini ke kamar Pangeran Saleem? Hati Habeel  juga ikut bertanya-tanya.

“Maafkan Saya, Pangeran. Saya baru saja akan memasak. Makanan ini bukanlah masakan Saya,” jelas Habeel .

Pangeran Saleem terdiam, namun hatinya rusuh. Siapa pula yang memasak makananya untuknya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar