Ada tujuh
ekor. Pangeran Saleem merasa tidak perlu memilih mana yang harus ditangkap.
Targetnya adalah burung yang terdekat dari persembunyian, yang akan ditangkapnya.
Yeay! Seekor burung hantu
mendekati persembunyian Pangeran Saleem. Burung itu kebetulan adalah bungsu dari ketujuh burung Hantu itu.
Degup jantung Pangeran Saleem makin cepat. Namun
Pangeran Saleem tetap berusaha tenang. Pangeran Saleem tidak mau gegabah.
Burung itu rencananya
akan
ditangkap jika
benar-benar
dekat dan dapat dijangkau dengan mudah oleh tangannya.
Saudara
Burung Sulung Hantu khawatir melihat adik bungsunya yang terpisah dari
rombongan. Burung
Sulung berseru
memanggil adiknya. Sayang, Burung Hantu Bungsu tidak juga mendengarnya, malah
makin asik melenggak-lenggok mendekati persembunyian Pangeran Saleem.
Masya
Alloh Tanpa
disangka-sangka, tangan Pangeran Saleem yang terkenal sebagai pemburu lihai itu
sudah mencengkram kaki Hantu Bungsu.
Burung Hantu Bungsu menjerit, cengkraman
tangan Pangeran Saleem kian kuat. Saudara-saudara Burung Hantu Bungsu tak bisa
berbuat apa-apa. Mereka tidak berani melanggar aturan langit.
Akhirnya
saudara-saudara Burung Hantu Bungsu terbang ke angkasa, kembali ke kayangan.
Tinggallah Burung Hantu Bungsu di bumi. Tinggallah Burung Hantu Bungsu berkicau
sedih dalam sangkar yang telah disiapkan Pangeran Saleem. Tinggallah Burung
Hantu Bungsu yang tak berdaya dibawa Pangeran Saleem ke istana.
Sampai di istana, Pangeran Saleem memindahkan
Burung Hantu Bungsu ke sangkar yang mewah dan besar. Pangeran Saleem tidak
ingin jauh dari Burung itu. Ditempatkannya sangkar itu di dalam kamarnya.
Pangeran Saleem ingin selalu melihat dan mendengar kicau Hantu Bungsu.
Sebenarnya Raja dan Permaisuri kurang setuju burung Hantu
itu ditempatkan di kamar Pangeran Saleem. Namun mereka tidak tega melawan
keinginan anaknya. Apalagi Putri Yasmin yang seharusnya
mendampingi sedang dipingit untuk persiapan sebagai Ratu.
Sudah dua hari Burung Hantu Bungsu berada di
dalam sangkar mewahnya. Selama dua hari itu pula Burung
bungsu bersedih. Makanan dan minuman yang disediakan Habeel juga tidak disentuhnya. Kicaunya pun jadi terdengar
sendu. Namun, sesendu apa pun kicaunya, Pangeran Saleem kian suka dan
selalu terlena mendengarnya.
Dalam kicaunya, Burung Hantu Bungsu pun
berdoa, meminta petunjuk pada Sang Pencipta. Setiap malam kicauan doa burung
bungsu itu dipanjatkannya dengan penuh kesungguhan. Setiap
mendengar kicauan doa itu, Pangeran Saleem terlena dan segera tertidur.
Pada suatu malam, terjadi keajaiban. Satu
persatu bulu-bulu Burung Hantu Bungsu tanggal. Perlahan,
burung bungsu itu menjelma menjadi
seorang Putri yang cantik jelita. Setelah
wujudnya sempurna, Putri tergerak begitu saja untuk keluar dari
sangkar. Tidak terbersit keinginan Putri jelmaan Burung Hantu Bungsu itu
melarikan diri dari istana Pangeran Saleem. Putri
bungsu malah membereskan kamar Pangeran Saleem. Putri juga
pergi ke dapur dan memasak masakan kesukaan Pangeran Saleem. Saat fajar
merekah, masakan telah siap dan disajikannya di meja kamar Pangeran Saleem.
Setelah itu, Putri kembali menjelma burung Hantu dan masuk ke sangkar mewahnya.
Matahari belum terbit saat Pangeran Saleem
terbangun. Pangeran Saleem melihat makanan tersaji di meja kamarnya. Saat itu
pula didengarnya kicau Hantu Bungsu. Kicau itu tak lagi bernada
sedih, namun mengandung kebahagiaan. Seketika selera makan
muncul. Setelah membasuh wajah, Pangeran Saleem pun menyantap hidangan
tersebut. Lezat rasanya.
Setelah menyantap habis makanan itu, Pangeran
Saleem ingat sesuatu. Tidak pernah Habeel
menghidangkan makanan sepagi ini, pikirnya. Untuk menghilangkan rasa
penasarannya, Pangeran Saleem pun memanggil Habeel .
“Kakak Habeel, lezat sekali
makanan yang Kakak sajikan ini,” ucap Pangeran Saleem kepada Habeel .
Habeel
terkejut. Pangeran Saleem melihat piring dan gelas telah kosong. Nampak
pula beberapa remah makanan di meja. Artinya, Pangeran Saleem
baru saja makan. Tetapi siapa yang memasak dan menghidangkan makanan ini ke
kamar Pangeran Saleem? Hati Habeel juga
ikut bertanya-tanya.
“Maafkan Saya, Pangeran. Saya baru saja akan
memasak. Makanan ini bukanlah masakan Saya,” jelas Habeel .
Pangeran Saleem terdiam, namun hatinya rusuh.
Siapa pula yang memasak makananya untuknya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar