Penemuan tidak terduga
"Hati-hatilah, Kak!" keluh Hasna. Ia merasa
seram, membayangkan apa yang hendak dilakukan Saleem
dan Yasmin. "Meaoow" suara Sansan, seperti memprotes. Kucing cerdik
itu tidak suka melihat tuannya menghilang ke dalam air.
Sansan tidak bisa ikut - dan karenanya juga tidak
bisa melindungi, jika nanti ada apa-apa.
Kedua penyelam itu turun ke dasar laut dengan berhati-hati. Saleem berkeras bahwa
kali ini ia yang lebih dulu turun Yasmin menurut, walau biasanya Ia selalu
ingin mendului. Soalnya, Ia tahu, ayahnya mengandalkan Saleem – sebagai yang
paling tua di antara mereka berempat - untuk menjaga keselamatan anak-anak yang
lain. Saleem sudah sampai di dekat kapal tenggelam. Saleem senang
dan sekaligus lega, ketika melihat bahwa badan kapal itu
memang agak tergeser letaknya, bukan ke tempat yang
lebih dalam, tapi ke arah yang berlawanan. Dan kini terjepit di antara
batu-batu besar, sehingga kedudukannya hampir tegak lurus.
Dengan begitu Saleem
dan Yasmin akan bisa memeriksanya dengan lebih mudah nanti. Saleem
memberi isyarat pada Yasmin. Yasmin
mengangkat jempolnya dengan gerakan gembira. Tapi Yasmin tidak perlu diberi tahu lagi.
Perasaannya sangat senang! Kini Ia akan
bisa memasuki kapal itu, untuk memeriksa ruangan-ruangannya yang nampak
begitu gelap dan misterius.
Dengan perasaan yang kini sudah tenang, Saleem memperhatikan keadaan di geladak dengan
penuh minat. Sementara itu Yasmin sudah
menyusup masuk. Mulanya tidak banyak yang bisa
dilihatnya. Tapi berkat cahaya samar yang sampai di dasar laut, kemudian
dilihatnya suatu gang yang panjang, di kaki sebuah tangga. Dengan segera
dituruninya tangga itu.
Yasmin membawa senter yang dapat dipakai
di bawah air, untuk berjaga-jaga. Senter itu
dinyalakannya , karena gang panjang itu ternyata sangat gelap, sehingga
ia tidak bisa melihat apa-apa di situ.
Mata Yasmin terbelalak, begitu sinar
senter menerangi gang. Samudra Jaya ternyata
merupakan kapal pesiar modern yang bagus dan mewah. Yasmin mengagumi ruang
duduk yang anggun, lalu kabin-kabin yang nyaman, dapur - tapi ada sebuah pintu
yang ternyata tidak bisa dibuka. Apakah isi ruangan yang ada di belakangnya"
Yasmin mendorong-dorong daun pintu, tapi
sedikit pun tidak bisa digerakkannya.
"Pasti dikunci, bukan cuma macet," kata Yasmin dalam
hati. "Ini perlu kulaporkan pada
Kanda Saleem." Yasmin berpaling.
Maksudnya hendak naik lagi ke geladak, untuk memberi tahu Saleem.
Tapi ketika melewati pintu ruang duduk, dilihatnya Saleem ada di situ.
Saleem sedang melihat-lihat setumpuk piringan hitam Yasmin memberi isyarat, meminta
agar Saleem ikut dengannya.
Sesampai di depan pintu yang tidak bisa dibuka, keduanya mula-mula berusaha memutar-mutar
pegangannya sambil mendorong-dorong. Percuma - pintu tetap tidak bisa
dibuka. Akhirnya Saleem mengambil pisau yang terselip di ikat pinggangnya.
Ujung pisau itu dimasukkan Saleem ke lubang
kunci, lalu diputar-putarnya ke kiri dan ke kanan. Ia
sendiri kaget, ketika tahu-tahu pintu terbuka!
Dengan cepat Yasmin mendorong Saleem ke dalam,
karena Ia juga ingin masuk. Saleem dan
Yasmin ternyata memasuki sebuah kabin, yang ukurannya lebih besar dari kabin-kabin
lainnya. Mungkin itu kabin nakhoda! Di satu sudut nampak tiga peti kayu
yang ditaruh bertumpuk-tumpuk. Saleem menghampiri peti-peti itu. Tutupnya dipaku.
Tapi papannya nampak sudah agak lapuk, kena air laut. Saleem mencongkel-congkel
dengan pisaunya. Siapa tahu, bisa terbuka - Sekali lagi Saleem
terkejut, karena tahu-tahu papan penutup peti
pecah. Mata Saleem - dan juga Yasmin - terbelalak, ketika melihat isi peti
itu.
Mereka melihat emas berbatang-batang, nampak kuning mengkilat. walau mestinya
agak lama juga terendam dalam air laut!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar